BANDUNG, itb.ac.id – Penelitian berjudul “Pemanfaatan Aluminium dan Polietilen dari Sampah Tetrapack dengan Metoda Hot Pressing” karya Mahasiswa Teknik Kimia ITB, Nazrul Munir (13006102), Arrijal Sidik (13006055), Fernando (13006009), Hamzah Rahawarin (13006089), dan Saeful Rohman (13006061) berhasil meraih Juara 2 Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Teknologi (PKMT) pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) XXI di Universitas Islam Sultan Agung Semarang, 14–19 Juli 2009.
Penelitian Nazrul dan timnya berhasil mengolah sampah tetrapack menjadi material yang ringan tapi kuat menahan beban seberat tiga ton. Masyarakat sering keliru menganggap sampah tetrapack sebagai sampah organik, padahal sampah yang umumnya bekas kemasan minuman ini masuk kategori sampah an–organik.
Tahun ini, dari 21 Proposal penelitian yang didanai, ITB hanya meloloskan 2 delegasi. Sebagai perbandingan, IPB meloloskan 25 tim, UGM 16 tim, Unnes dan Unissula masing–masing 10 tim.
Keprihatinan ini, seperti yang dirilis Tim Manajerial ITB di PIMNAS 2008 yang diwakili oleh Budi Setiawan, Shofarul Wustoni, dan Luke Mayang Kencana (Keprofesian dan Inovasi Kabinet KM ITB) menyisakan pertanyaan “Apa memang mahasiswa ITB tidak memiliki inovasi, atau sedang bingung dengan perannya?”.
Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional rutin diselenggarakan setiap tahun oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) Depdiknas. PIMNAS 2008, bertema"Bangun Sikap Positif dan Gapai Prestasi untuk Peningkatan Daya Saing Bangsa", merupakan rangkaian acara lomba karya ilmiah (PKM dan KKTM), Gelar Produk, Lomba Poster.
Sumber : http://www.itb.ac.id/news/2162
Kekuatan Limbah "Tetrapack"
SAAT udara bumi semakin gerah seperti sekarang ini, sebungkus teh kotak pastilah terasa menyegarkan. Tanpa banyak repot, kita tinggal membelinya dengan sejumlah uang, menancapkan sedotan ke lubang yang tersedia, dan sruuuup. Rasa segar membasahi kerongkongan dan menjalar ke seluruh badan. Sesudah tetes terakhir, bungkus pun melayang ke tempat sampah.
Di Bandung dan sekitarnya, tidak hanya satu-dua bungkus teh kotak atau kemasan sejenis yang biasa disebut tetrapack, merujuk pada perusahaan utama yang memproduksinya, yang ada di tempat sampah. Data terakhir Balai Besar Pulp dan Kertas (BBPK) menyebutkan, bulan ini tak kurang dari 2 ton sampah tetrapack dihasilkan, atau meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan enam bulan sebelumnya. Jika berat satu kemasan 20 gram, berarti 100 ribu kemasan dikonsumsi tiap bulan.
Dua ton sampah per bulan bukanlah angka yang kecil. Apalagi pada kenyataannya, belum ada pemanfaatan maksimal di lapangan. Di beberapa tempat, masyarakat memang sudah mengumpulkan sampah tetrapack. Akan tetapi, umumnya sampah diolah secara sederhana. Sampah dibakar demi mendapatkan kandungan aluminium yang laku dijual.
Metode pembakaran yang banyak dipraktikkan menyisakan persoalan baru. Selain asap yang mencemari udara, pembakaran juga tidak pernah bisa memusnahkan kandungan plastik yang ada. Ujung-ujungnya, rasa segar isi teh kotak, berbanding terbalik dengan dampak buruk yang dihasilkan bungkusnya.
ADA beragam alternatif pengolahan sampah tetrapack secara lebih baik dan ramah lingkungan. Salah satunya datang dari lima mahasiswa Jurusan Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB) Bandung, Nazrul Munir, Fernando, Arrijal Sidik, Saepul Rohman, dan Hamzah Rahawarin. Dengan dosen pembimbing Tjandra Setiadi, sejak Juli 2007, kelima mahasiswa angkatan 2006 ini meneliti penciptaan material baru, disebut komposit, berbahan sampah tetrapack.
"Penelitian ini berawal dari ketertarikan kami sesudah mengetahui bahwa kemasan teh kotak ternyata memiliki kandungan plastik dan aluminium. Kami berpikir, pasti ada sesuatu yang dapat kami buat dari sana. Tidak hanya menjadi sampah," ujar ketua kelompok Nazrul Munir. Mengambil judul "Pengolahan Aluminium-Polietilen dari sampah tetrapack menjadi Komposit dengan metode hot pressing", penelitian Nazrul dan keempat kawannya ditetapkan sebagai penyaji terbaik kedua dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Teknologi dalam Pekan Ilmiah Nasional (Pimnas) di Semarang akhir pekan lalu.
Kemasan tetrapack tersusun atas tiga lapis material, yakni 70-75 persen karton, 5 persen plastik polietilen, dan 15-20 persen aluminium foil. Besarnya persentase karton sering membuat orang salah beranggapan bahwa tetrapack merupakan sampah organik. Padahal, polietilen dan aluminium tergolong material yang sulit terurai di dalam tanah.
Dengan menggunakan metode hot pressing, pertama-tama dipisahkan ketiga material penyusun tetrapack, yakni karton, polietilen, dan alumunium. Selanjutnya, polietilen, dan aluminium dicacah-cacah sambil dipanaskan dalam suhu 200-300 derajat Celsius. Untuk mencacah, digunakan penggiling bakso.
"Penggiling bakso digunakan karena alat itulah yang ada. Dalam pengembangan lebih jauh, tentu dapat dibuat alat pencacah khusus yang bekerja secara lebih efisien," kata Nazrul.
Hasil pencacahan dan pemanasan berupa pasta. Pasta inilah yang dicetak dan kemudian ditekan untuk menghasilkan material baru bernama komposit. Untuk hasil yang lebih baik, setelah dicetak, komposit langsung didinginkan. Berdasar penelitian, 130 kemasan tetrapack dapat menghasilkan komposit seluas 30x30 cm dengan tebal 2 cm.
Komposit yang dihasilkan diharapkan dapat menjadi material baru yang berfungsi sebagai pengganti kayu. Tidak kalah dengan kayu, komposit dari sampah tetrapack memiliki sifat-sifat yang memungkinkannya mengambil alih peran, seperti mudah digergaji, bisa dipaku, dan dapat dicat. Selain itu, material baru ini pun terbukti kuat. Dari pengujian, diketahui komposit dapat menahan beban hingga 3 ton.
Sifat-sifat inilah yang menumbuhkan harapan komposit dapat dijadikan bahan pembuatan berbagai mebel dan furnitur, seperti meja, kursi, dan pintu.
Selain mebel dan furnitur, komposit juga berpotensi dijadikan bahan kerajinan. Tekstur yang bagus dan warna abu-abu yang artistik membuatnya tampil menarik dengan sedikit sentuhan seni. Apalagi, material ini mudah dibentuk dengan cara dipahat atau dipotong. Oleh karena itu, tidak sulit membayangkan komposit akan diolah menjadi berbagai produk bernilai seni tinggi. "Produknya bisa macam-macam, mulai dari bingkai foto sampai patung yang diukir," kata Nazrul.
Menurut Nazrul, komposit tetrapack ini berpeluang dikembangkan lebih jauh lagi. Apalagi jika dapat dikembangkan dalam skala industri besar, bukan hanya di laboratorium. Salah satu ide yang muncul adalah pemanfaatan komposit untuk pembatas jalan. Sifatnya yang lentur tentu menjadikannya lebih aman bagi pemakai jalan dibandingkan dengan beton yang selama ini banyak digunakan.
Hanya, perlu dianalisis lebih lanjut apakah asap pemanasan dengan metode hot pressing ini mengandung zat berbahaya, seperti dioksin atau tidak. Hal ini perlu diketahui untuk mengetahui bahaya pencemaran yang mungkin terkandung. "Kami berasumsi asap yang dihasilkan tidak membahayakan dan bahkan bisa dibakar lagi untuk jadi kalori, tetapi semua masih harus dianalisis lagi," ujar Hamzah. (Ag. Tri Joko Her Riadi)***
Sumber : http://newspaper.pikiran-rakyat.co.id/prprint.php?mib=beritadetail&id=24356Bangga sekali melihat kakak kelas gw angkatan 2006 bisa menang di ajang PKM tahun ini. Apalagi kebanyakan aktif di divisi workshop Himatek.
Dalam proyek Tetrapack ini kami workshop 2007 turut membantu proyek ini dengan mengumpulkan sampel tetrapack dari 6 lokasi di ITB dengan menaruh tempat sampah khusus untuk sampah Aseptik.
Tong sampah khusus Aseptik ini dibuat Himatek agar menampung sampah tetrapak atau SIG. seperti kardus minuman buahvita , ultramilk , susu bantal , teh kotak ,indomilk , dll. Sampah tersebut kita lihat banyak sekali jumlahnya dan banyak digunakan di industri pangan terutama minuman kotak. Jadi sudah seharusnya kita mulai bergerak memikirkan cara pengolahan sampah tersebut. Dari sampah2 yg sudah terkumpul , sampah tetrapack kami kumpulkna sehingga 2006 dapat meneliti dan melanjutkan proyeknya untuk maju ke kompetisi lebih bergengsi yaitu BYEE. Semoga sukses selalu Tim Tetrapack , kak Nazrul dkk.
Dan semoga ini jadi pemicu agar mahasiswa ITB makin berinovasi dan berani maju ke ajang PKM tahun berikutnya.
Gw berharap makin banyak anak ITb yang mau berinovasi dan menuangkan ide2 terbaik bangsa demi mengembangkan ilmu demi bangsa kita ini.
Selamat mencoba dan berjuang !!!
Amin...
Amazing, perkenalkan nama saya Doni Pabhassaro, saya alumni teknik kimia Universitas Indonesia. sebenarnya setelah membaca ini saya menjadi terpacu untuk ingin tahu lebih banyak lagi tentang pengolahan sampah ini.mengingat di kampus temapt saya banyak sekali sampah jenis ini. kemudian saya mencium adanya peluang usaha dan juga akan menjadi gebrakan baru. jika berminat, kita bekerjasama untuk mengembangkan ini menjadi usaha pengolahan bersama.
BalasHapussalam luar biasa dari saya,
Doni Pabhassaro
PH : 021-91679322
mobile : 085710958800
email :doni_pabhassaro@yahoo.com
trimakasih
BalasHapusFernando katanya mengenal Anda juga