Rabu, 29 April 2009

EFFECTS OF COLD WATER

Beberapa hari yang lalu saya mendapat Email ini dari teman-teman saya. Lalu demi informasi ini tersebar luas saya coba pasang info ini di blog saya. Kalau masalah kebenarannya memang saya belum tau pastinya. Semoga menjadi info yang berguna.

Please be a true friend and send this article to all your friends you care about.

Bagi anda yang menyukai air dingin, artikel ini sangat bermanfaat bagi anda. Memang menyenangkan bila kita meminum air dingin setelah makan. Namun, air dingin akan membekukan makanan berminyak yang baru anda konsumsi. Hal ini akan memperlambat pencernaan. Sekali saja ' mengendap' bereaksi dengan asam, akan merusak dan diserap usus lebih cepat dari pada makanan padat. Dan akan membatasi usus. Segera setelah itu, akan menimbun menjadi lemak dan menjadi penyebab kanker.
Lebih baik untuk meminum air panas atau hangat setelah makan..
Catatan penting tentang serangan jantung - anda harus mengetahui bahwa tidak setiap gejala serangan jantung akan melukai lengan sebelah kiri. Waspadalah jika anda merasa sakit pada kerongkongan. Anda mungkin tidak akan pernah merasa sakit pada bagian dada selama serangan jantung berlangsung. Rasa mual dan keringat yang bercucuran juga menjadi gejala umum. 60 persen orang yang mengalami serangan jantung pada saat tidak sadarkan diri atau tidur tidak pernah terbangun. Rasa sakit pada tenggorokan dapat membangunkan anda dari tidur anda yang nyenyak.
Mari berhati-hati dan waspada. Semakin kita tahu semakin baik untuk kita bertahan.
Seorang ahli jantung mengatakan jika seseorang membaca pesan ini dan mengirimkannya kepada 10 orang, anda dapat menyelamatkan sedikitnya 1 nyawa seseorang. Perhatikan & kirimkan ini kepada teman-teman anda. Agar dapat menyelamatkan kehidupan. Jadi, sadarlah kawan dan kirimkan artikel ini kepada teman-teman yang anda cintai
Tidak pernah ada kata terlambat... ...Teruskan pesan ini segera...

Minggu, 26 April 2009

Menjadikan Kampus ITB Berwawasan Lingkungan


By : Syarafina Marha (Sarah)

Mahasiswa ITB , FTI '08


Sampah adalah masalah utama bagi masyarakat Indonesia saat ini.Kita sebagai elemen mahasiswa sudah sepatutnya membantu memecahakan permasalahan yang satu ini. Tidak harus langsung menggerakkan aksi yang besar-besaran. Mulailah dari diri kita sendiri, jika sudah mulailah kita menggerakan aksi di kampus kita sendiri. Kita dapat melakukan beberapa hal atau program untuk menjadikan kampus ITB ini sebagai kampus yang berwawasan lingkungan.

Salah satu contohnya adalah dengan menyediakan takakura disetiap kantin yang ada di ITB. Dengan adanya takakura, sampah organik yang dihasilkan dari hasil kegiatan dikntin ITB baik sampah organik dari sang penjual maupun dari pembeli dapat dibuang ke takakura tersebut sehingga tidak tercampur dengan sampah non-organiknya serta tidak berceceran kemana-mana. Jika ingin melaksanakan program ini sebaiknya kita mempersiapkan juga personil khusus yang akan mengatur lancarnya atau benarnya penggunaan takakura tersebut.Misalnya orang yang biasanya mengangkut sampah dari kantin tersebut baiknya sekaligus mengecek keadaan takakura setiap harinya.Mengapa tidak kita sediakan takakura di setiap sudut di ITB ? sebenarnya ide itu sangat baik sekali, akan tetapi mayoritas dari sampah yang dibuang di tempat sampah selain di tempat sampah kantin adalah sampah non-organik,jadi kemungkinan besar takakura hanya berfungsi kecil. Menurut saya lebih efisien jika tempat sampah yang dipisah seperti biasa.

Menanggapi masalah tempat sampah yang sudah di pisah organic dan non-organik namun tetap tercampur mungkin kita harus memberi peringatan berupa gambar-gambar contoh dari sampah non-organik dan organic agar para pembuang sampah yang tidak mengetahui beda dari sampah yang organic dan non-organik itu apa mengerti .Jangan ketinggalan juga peringatan-peringatan agar sampah itu dipisahkan seperti “Pisahkan sampahmu atau tempat tinggalmu akan tenggelam karena GLOBAL WARMING lebih cepat !!!!!” Pada intinya kita memaksakan pada orang-orang sekitar agar lebih aware lagi dengan lingkungan. Kalau ingin lebih serius lagi, ITB seharusnya mempunyai satpam dengan tugas multi fungsi, menjaga keamanan sekaligus menjaga kebersihan lingkungan juga. Dengan arti tugas satpam juga meliputi menghukum bagi orang yang membuang sampah tidak pada tempatnya dan tidak memisahkan sampahnya dengan benar.

Kantin atau toko-toko yang ada di ITB juga masih menyediakan kantong kresek untuk para pembelinya. Bagaimana jika kita larang dengan keras penggunaan kantong kresek tersebut. Jadi secara otomatis pembeli akan membawa kantong belanjaan sendiri jika ingin berbelanja.Jika kita tidak memulainya maka kantong kresek akan terus ada dalam kehidupan kita.

Untuk menjaga keasrian lingkungan, tidak hanya sampah saja yang harus kita perhatikan. Namun juga tanaman yang ada di sekitar kita. Agar tiap mahasiswa ITB mempunyai bentuk nyata kepedulian pada lingkungannya, bagaimana jika setiap mahasiswa di ITB harus menanam dan merawat minimal 1 pohon, tidak harus pohon besar, pohon kecil yang dapat ditaruh dikosan juga tidak masalah. Kita dapat mencanangkan pada mahasiswa baru, berikan pohon mini pada setiap mahasiswa baru dan haruskan mereka untuk merawatnya dengan baik. Jangan lupa berikan juga pada mahasiswa lamanya.

Sampah B3 yang dikenal berbahaya juga harus di perlakukan dengan baik, sebaiknya ada tempat khusus di ITB untuk menampung sampah B3 tersebut. Saya sempat mendengar bahwa kak Sano, pendiri U-Green ITB sudah mampu mengolah sampah B3 dengan baik. Bagus sekali jika seluruh sampah B3 dari mahasiswa ITB dikumpulkan menjadi satu dan kemudian diolah dengan benar.

Kemudian, kalau perlu kita bikin event besar yang dapat melingkupi sebagian besar massa kampus ITB. Event tersebut tidak harus murni event lingkungan. Kita bisa gabung dengan event musik atau handicraft. Tujuan utamanya agar banyak orang yang datang.Lalu disekitar tempat event tersebut kita sediakan beberapa tempat sampah dan kita siapkan juga orang-orang yang biasa atau pernah terlibat dalam aksi lingkungan menjaga tempat sampah tersebut dan menuntun agar para pembuang sampah mengerti bagaimana membuang sampah yang tepat.

Untuk paragraf ini saya ingin lebih menekankan pada masalah event yang saya katakan besar pada paragraf di atas. Selama ini saya melihat bahwa event lingkungan yang sudah terlaksana di ITB belum terlalu banyak menggandeng mahasiswa ITB sendiri. Alangkah baiknya jika sewaktu-waktu kita mengadakan suatu event yang bekerjasama dengan beberapa unit dan/atau himpunan di ITB. Seperti yang sudah saya katakan diatas kita dapat bekerjasama dengan mengadakan konser musik bertema lingkungan atau pameran kerajinan tangan hasil dari daur ulang kertas dan daur ulang sampah lainnya. Disana kita selipkan juga pendidikan mengenai cara menghadapi sampah dengan baik. Jika kita memperkirakan akan banyak massa yang datang kesana, maka kita juga harus mempunyai tempat yang sesuai juga agar penyampaian materi sampah tersebut dapat terlaksana dengan baik.

Mungkin beberapa hal diatas dapat dijadikan beberapa referensi dalam menjaga kampus ITB ini tetap asri.Namun sebelum kita mengajak teman-teman di kampus kita untuk peduli terhadap lingkugan, mulai tumbuhkanlah rasa pedulii terhadap lingkungan dari diri kita masing-masing terlebih dahulu.

Impian Anak Muda Akan Lingkungan

Dari: anzilia rizka
Topik: esay GFD2
Kepada: ivan_astro_hadinata@yahoo.co.id
Cc: anzilializta@students.itb.ac.id
Tanggal: Selasa, 7 April, 2009, 1:21 PM

[Oleh :Mahasiswa ITB Angkatan 2008 Anzilia Rizka Yunita_16208089]


Yang akan saya ketikkan disini adalah impian. impian kita mungkin juga beririsan dengan impian orang lain kan? impian juga boleh tinggi kan? berarti gak terbatas seperti apa dong langkah dan proyek sebesar dan segila apa yang boleh diketikin di essay ini.
langsung saya mulai aja deh. yang pertama. setelah saya ngeliat temen2 saya. kebanyakan mereka tuh beli minuman dalam kemasan (entah itu botol atau gelas) sebenernya cuma butuh airnya aja bukan sih? kemasannya enggak. jadi, gimana kalo di itb kantin2nya pada jualan air literan, jadi kaya pom bensin gitu. soalnya kebanyakan warga2 ITB udah pada bawa tempat minum sendiri dari rumah. dan gara2 water tab-nya aja ngadat, jadi terpaksa beli air kemasan. kita bikin dispenser sendiri gitu, judulnya "POM AIR ITB" (aduh, gak ada ide banget sih namanya).

Yang kedua. setelah tahu bikin kompos karung itu lumayan mudah. terus berpikir kalo di ITB tuh banyak kantin dan daun2 kering. gimana kalo warga2 ITB meluangkan waktu sebentar buat bikin kompos karung bareng. waktu kepikiran, kok kayanya mirip anak SD gitu ya? pake bikin hal2 aneh bareng2 gitu. selain itu, ngumpulin warga2 se-ITB susah juga sih.

Yang ketiga. ngeliat konsumen air mineral dalam kemasan itu banyak banget. gimana kalo ada tempat pengumpulan botol2+gelas2 air mineral bekas gitu. trus kalo udah banyak, dijual. uangnya dibuat beli botol air, gitu. atau kalo nggak ya buat beli bibit ato apalah. tapi rencana ini bisa ngerugiin juga sih. kasian pemulung2 atau orang2 yang cari nafkah dari ngejualin botol2+gelas2 bekas air mineral ini.

hem... kayanya segini dulu deh. ga ada ide lagi. mungkin ide yang lain juga udah pernah dikemukakan orang lain. kaya ngasih takakura di setiap kantin ITB atau bikin kertas daur ulang bareng trus di jual. makasih banget buat yang udah baca ide saya ini. makasih. makasih. makasih. ^^


Peran Mahasiswa dalam Menangani Sampah di Kampus dan Lingkungan Sekitarnya

BY: Daniel Chris Tannia / Mahasiswa ITB Angkatan 2008 / NIM : 16708329


Sebagai mahasiswa kita memiliki kewajiban untuk bersama-sama menjaga kebersihan kampus kita. Menurut saya langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh kita sebagai mahasiswa adalah dengan memulainya dari diri kita sendiri, kita harus belajar untuk hemat dalam menggunakan sumber daya yang tersedia (seperti kita harus menggunakan listrik dengan seperlunya tanpa memakainya berlebihan, jika hari sudah pagi matikan lampu-lampu, jangan dibiarkan menyala terus). Selain itu kita juga perlu memiliki perhatian terhadap kebersihan lingkungan, karena tanpa kita memiliki kepedulian terhadap lingkungan maka kita sulit untuk menjaga dan memelihara lingkungan.

Selain itu sebagai mahasiswa yang telah dibekali ilmu untuk memelihara dan memperhatikan lingkungan sekitar kita, kita dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat sekitar tentang cara-cara menggulangi sampah yang ramah lingkungan dan dapat menambah nilai guna dari sampah (karena sebenarnya tidak semua sampah telah kehilangan nilai gunanya tapi ada cara-cara agar sampah tersebut dapat memiliki nilai guna yang masih menguntungkan seperti pengomposan sampah yang dapat menyuburkan tanah). Kita juga dapat memberitahu masyarakat tentang teknik-teknik pengomposan dan alat-alat pendukungnya karena sekarang telah terdapat komposter skala rumah tangga. Komposter type ini digunakan dalam penanganan sampah organik yakni material sisa-sisa pemakaian rumah tangga seperti : makanan, kertas, ikan, buah-buahan, sayuran, dll. Katagori sampah organik adalah segala hal yang dihasilkan berasal dari makhluk hidup (tumbuhan, hewan, manusia). Komposter dengan aktivator kompos seperti halnya : organic decomposer, EM, Green Phoskko, dan sejenisnya serta ditambahakan penggembur (bulking agent) akan berkemampuan merubah sampah sisa rumah tangga menjadi kompos hanya dalam 10 hingga 12 hari saja. Kompos akan berguna dalam memelihara kesuburan tanah dan sebagai pasokan nutrisi bagi tanaman anda atau dikomersialkan guna dijual kepada petani, pemilik taman, kalangan hobies tanaman dan bunga. Komposter berfungsi dalam mengalirkan udara (aerasi), memelihara kelembaban dan temperatur sehingga bakteri dan jasad renik bekerja mengurai bahan organik secara optimal. Disamping fungsi tersebut, dengan komposter memungkinkan aliran lindi terpisah dari material padat dan akan menguntungkan bagi pembuatan pupuk cair.

Composer tersebut memiliki cara pengaplikasian yang sederhana dan mudah. Kapasitas suatu komposter Type L pada 0,12 m3 (120 liter) sampah atau setara 30 kg, akan mampu mengolah sampah dari kurang lebih 10 rumah tangga selama 12 hari proses dekomposisi. Bagi rumah tangga Indonesia diketahui, setiap jiwa mengeluarkan sampah sekira 2,6 liter per hari atau 15 liter per keluarga rumah Indonesia dengan 5 jiwa / keluarga. Sehingga sebenarnya teknik pengomposan memiliki keuntungan ganda karena selain memelihara lingkungan juga dapat menghasilkan uang. Karena itu kita sebagai mahasiswa harus mengajak dan memberi penyuluhan kepada masyarakat agar mereka mau menerapkan pengomposan ini paling tidak di rumahnya masung-masing.

Jumat, 24 April 2009

Si Sukses Senang Hal Simpel


Beberapa waktu yang lalu, kira-kira sekitar 1 bulan yang lalu gw menghadiri suatu seminar motivator yang dibawakan oleh motivator terkenal di Asia. Seminar tersebut didatangi oleh lebih dari 1000 peserta. Makna dari seminar itu sangatlah berbobot dan penting bagi perubahan kehidupan kita kalau ingin menjadi orang sukses. Ada 1 pernyataan yang masih mengiang-ngiang di telinga saya sampai saat ini. Motivator terkenal di Asia berkata " Apa beda orang sukses dan tidak ?" Jawabnya ," bedanya yaitu " Orang sukses membuat hal yang rumit menjadi SIMPEL sedangkan orang pintar dan gagal mengubah hal SIMPEL menjadi rumit ! " Pernyataan yang luar biasa tersebut telah menyadarkan saya berkali-kali lipat lebih sadar bahwa " Si Sukses Senang Hal SIMPEL". Oiya, sadar kan kita..

Sebuah ilustrasi dari motivator terkenal tersebut untuk mempertegas pernyataan tersebut. Sebuah cerita lampau dari Amerika & Rusia. Astronot Amerika ketika terbang ke luar angkasa (ke luar bumi) untuk melakukan survei, penelitian atau hal-hal scientist lainnya mengalami sebuah hambatan. Ketika astronot Amerika mau mencatat hasil penelitiaanya atau hasil yang ditemukannya di luar angkasa, astronot tersebut tak bisa karena Pen yang digunakan tintanya terbang-terbang. Tinta pen yang digunakan terbang-terbang karena di luar angkasa gravitasinya sangat kecil sekali. Lalu astronot tak bisa mencatat akibat kondisi seperti itu. Kemudian scientist-scientist di Amerika melakukan riset dan penelitiaan dengan budget yang luar biasa besarnya demi menemukan cara agar tinta pennya tidak terbang-terbang , dalam rangka menciptakan pen khusus gravitasi kecil. Waw uang yang dibuang kata motivator tersebut sangat banyak. Tapi astronot Rusia beda, dia ketika ke luar angkasa jika mau mencatat sesuatu tidak menggunakan pen karena tidak bisa. Sehingga dia menggunakan pencil. Pencil ternyata bisa digunakan di gravitasi rendah sekalipun.

Waw, lihatlah 2 kondisi ini. Terbukti kan bahwa " Orang sukses membuat hal yang rumit menjadi SIMPEL,sedangkan orang pintar dan gagal mengubah hal SIMPEL menjadi rumit ! ". Contoh lainnya : Dosen yang berhasil/ sukses mengajar adalah dosen yang mampu mengubah materi perkuliahan yang rumit dalam text book tebal menjadi konsep-konsep materi yang simpel sehingga materinya dapat diterima dengan mudah oleh mahasiswanya. Jadi kalau mau belajar menuju proses ke Si Sukses, mulailah belajar mengubah hal-hal yang rumit menjadi simpel !

Garbage Fun Day II – tanggal 4 April 2009

Notulensi Kegiatan Garbage Fun Day II – tanggal 4 April 2009

Banyak pemuda Indonesia masih belum menentukan sikapnya terhadap peran mahasiswa sebagai bagian dari pemuda dalam menanggapi isu-isu lingkungan yang sedang dihadapi saat ini. Berangkat dari pemikiran tersebut, Ganesha Hijau Keluarga Mahasiswa ITB, Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia (HIMATEK), Himpunan Mahasiswa SITH (Nymphaea), Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL) dan Ugreen ITB saling bekerjasama menyiapkan kegiatan “Garbage Fun Day II”, kelanjutan dari Garbage Fun Day I, sebuah kegiatan edukasi lingkungan pemberian materi dan praktek langsung mengenai berbagai usaha dalam menjaga lingkungan lokal maupun global. Tujuan kegiatan “Garbage Fun Day II” adalah membuka wawasan lingkungan dan pemikiran mahasiswa ITB terhadap peran strategis mahasiswa Indonesia dalam melestarikan lingkungan disekitarnya. Esensi kegiatan edukasi lingkungan “Garbage Fun Day II” diharapkan tercapai maksimal dengan konsep menyenangkan, menarik dan santai. Harapan dari kegiatan “Garbage Fun Day II” adalah semakin terbentuknya komunitas pemuda/pemudi pecinta lingkungan yang mulai berpikir kritis dalam menyikapi isu-isu lingkungan yang aktual.
DESKRIPSI KEGIATAN
Tempat : Selasar dan Lahan Parkir GKU Timur, Institut Teknologi Bandung, Bandung, Jawa Barat
Rumah Kompos ITB, Sabuga ITB
Waktu : Sabtu, 4 April 2009
Peserta : Mahasiswa Institut Teknologi Bandung

Bentuk kegiatan :
1. Materi dan Praktek Pelaksanaan Daur Ulang Kertas Sederhana oleh Unit U-Green dan HIMATEK
2. Materi dan Pengenalan Pembuatan Kompos Sederhana oleh HMTL.
3. Materi dan Pengenalan Metode Vermicomposting oleh Nymphaea.
4. Materi Pendidikan Lingkungan oleh Ganesha Hijau
5. Pengenalan Rumah Kompos ITB di Sabuga ITB.

Acara Garbage Fun Day /GFD dimulai pada pukul 08.40 WIB di selasar GKU Timur ITB, diawali dengan pembukaan singkat oleh Fernando TK-06. Suasana dibangun sedemikian rupa agar terasa santai, menarik, dan gembira. Setelah pembukaan, tim Unit U-Green dipersilakan untuk memulai materi dan demonstrasi singkat mengenai daur ulang kertas.
Materi pertama dari tim U-Green disampaikan ke para peserta. Salah satu penjelasannya ádalah alasan mengapa kertas lebih baik didaur ulang dibandingkan dijadikan bahan pembuatan kompos. Kertas terdegradasi sangat lama sehingga tidak tepat bila dipakai untuk composting. Kemudian, dilakukan demonstrasi singkat proses daur ulang kertas sederhana oleh tim U-Green dengan peralatan yang terlihat sederhana pula. Hanya butuh wadah seperti baskom, bubur kertas, kain, karet, dan penyaring. Demonstrasi berjalan lancar. Estela dijemur, kertas-kertas yang baru baru berhasil dibuat.
Waktu menunjukkan pukul 09.45. Acara dilanjutkan dengan materi dan simulasi kompos karung oleh HMTL. Pada awal materi, para peserta diminta untuk memberikan bayangan sekilas mengenai kompos. Setelah para peserta mengutarakan pendapat-pendapatnya yang berbeda, giliran tim HMTL yang bercerita. Sebagian sampah di Indonesia ádalah sampah rumah tangga. Di Indonesia banyak dilakukan komposting karena suhu dan kelembaban atau iklim di sini sangat mendukung. Kemudian, peserta dibagi menjadi tiga kelompok. Praktek dilaksanakan. Sampah yang digunakan ádalah sampah daun kering dan sampah daun yang tidak ada “tulangnya”. Hal ini dikarenakan apabila terdapat tulang di dalamnya, penguraiannya akan menjadi lebih lama. Sampah daun dipotong-potong terlebih dahulu untuk memperluas permukaan. Daun-daun juga dipotong dari tangkainya. Selanjutnya, dimasukkan ke dalam karung jerami. Suhu dan kondisi divaga. Kelembaban dijaga supaya jangan terlalu kering dan jangan sampai basah. Secara teori dua sampai tiga minggu dibolak-balik agar merata. Mikroba yang digunakan dalam karung akan menghasilkan panas. Karung berjenis jerami ini digunakan agar mudah menjaga kelembabannya. Kalau bisa karung ini diletakkan di bawah pohon. Satu hal lagi yang ditekankan oleh tim materi ádalah kompos berbeda dengan pupuk. Kompos berfungsi untuk memperbaiki unsur hara tanah, sedangkan pupuk sebagai makanan tumbuhan. Dalam sesi ini, antusiasme peserta tinggi. Banyak di antara mereka yang mengajukan pertanyaan pada tim materi.
Pukul 10.45, materi dilanjutkan dari tim Nymphaea. Dimulai dengan yel-yel Nymphaea, tim materi memperkenalkan anggota-anggotanya dan peserta juga demikian. Tim Nymphaea kali ini memberikan materi mengenai vermicomposting. Vermicomposting adalah proses pembuatan kompos dengan menggunakan bantuan cacing tanah. Pada metode kompos sebelumnya digunakan bantuan mikroba, sedangkan pada sesi kali ini digunakan cacing tanah sebagai pengembali unsur hara tanah. Intinya cacing memakan sampah-sampah tumbuhan atau bekas-bekas makanan yang ada dan mengeluarkan kotoran yang bermanfaat bagi pengembalian unsur hara di tanah itu. Untuk perawatannya terutama harus dijaga dari hama-hama dan binatang-binatang lain yang dapat mengganggu kinerja cacing itu sendiri. Ketika dibawakan wadah yang sudah berisi hasil vermicomposting itu, rasa penasaran peserta terjawab. Mereka tanpa rasa geli berani menyentuh cacing-cacing tanah itu dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar metode ini. Sebagai penutup materi ini, tim Nymphaea memberikan sebuah slogan bagus yang berbunyi, ”Think globally, act locally, and see ecologically!” Para peserta diharapkan untuk bertindak lebih bagi lingkungan.
Pukul 11.20, peserta dimobilisasi untuk mencuci tangan mereka setelah sesi vermicomposting. Kemudian, makanan kecil dan minuman dibagikan. Acara dilanjutkan dengan materi oleh tim Ganesha Hijau. Peserta dibagi menjadi lima kelompok. Sesi kali ini ádalah sesi “berbagi”. Masing-masing peserta diharapkan untuk membagikan pengalaman-pengalamannya mengenai kegiatan lingkungan yang pernah mereka lakukan. Peserta dibagikan kertas dan diminta untuk menuliskan atau menggambar iklan yang paling menggambarkan mereka sendiri, tetapi juga berhubungan dengan lingkungan. Setelah itu, peserta diminta untuk menggambarkan lagi aksi kecil yang pernah mereka lakukan, juga mengenai lingkungan. Kemudian, dalam kelompok masing-masing, mereka memperkenalkan diri dengan gambar 1 dan menceritakan aksi mereka dengan gambar yang kedua. Selanjutnya, masing-masing kelompok mengajukan wakilnya untuk memberikan perkenalan yang serupa. Sesi kali ini banyak mengundang tawa karena keunikan ide para peserta dan beberapa gaya penyampaiannya sangat lucu.
Pukul 12.30, para peserta dimobilisasi ke Rumah Kompos ITB yang terletak di SABUGA ITB. Setelah sampai, diawali dengan pengenalan oleh Pak Apep selaku pengurus di Rumah Kompos itu. Kemudian, dijelaskan mengenai apa itu rumah kompos, sistem kerjanya, dan bagaimana proses pembuatan kompos itu sendiri. Selanjutnya, digelar diskusi Pak Apep dengan peserta dengan sesi tanya jawab. Dalam sesi kali ini, para peserta juga melihat langsung bagaimana kompos dibuat. Sebagai penutup, Pak Apep memberikan kesan dan pesan kepada para peserta dan panitia GFD.
Selanjutnya, pukul 13.10, peserta dibagikan kertas kecil untuk memberikan pesan dan kesan mengenai acara GFD 2 ini. Peserta juga foto-foto bersama panitia dan pukul 13.30 acara ditutup secara singkat oleh ketua. Peserta dipersilakan kembali ke rumah masing-masing.