
Zero Waste Event mempunyai tujuan utama 3 R bagi sampah yang terbentuk
.jpg)
.jpg)
I am still 22 years old. Graduated from Chemical Engineering ITB. Part of @yli_ac. Struggling to be a Supply Chain Specialist in a Multinational FMCG Company. Twitter: @Ivanhadinata; Linkedin: http://id.linkedin.com/pub/ivan-hadinata-rimbualam/37/b26/58a
By : Syarafina Marha (Sarah)
Mahasiswa ITB , FTI '08
Sampah adalah masalah utama bagi masyarakat
Salah satu contohnya adalah dengan menyediakan takakura disetiap kantin yang ada di ITB. Dengan adanya takakura, sampah organik yang dihasilkan dari hasil kegiatan dikntin ITB baik sampah organik dari sang penjual maupun dari pembeli dapat dibuang ke takakura tersebut sehingga tidak tercampur dengan sampah non-organiknya serta tidak berceceran kemana-mana. Jika ingin melaksanakan program ini sebaiknya kita mempersiapkan juga personil khusus yang akan mengatur lancarnya atau benarnya penggunaan takakura tersebut.Misalnya orang yang biasanya mengangkut sampah dari kantin tersebut baiknya sekaligus mengecek keadaan takakura setiap harinya.Mengapa tidak kita sediakan takakura di setiap sudut di ITB ? sebenarnya ide itu sangat baik sekali, akan tetapi mayoritas dari sampah yang dibuang di tempat sampah selain di tempat sampah kantin adalah sampah non-organik,jadi kemungkinan besar takakura hanya berfungsi kecil. Menurut saya lebih efisien jika tempat sampah yang dipisah seperti biasa.
Menanggapi masalah tempat sampah yang sudah di pisah organic dan non-organik namun tetap tercampur mungkin kita harus memberi peringatan berupa gambar-gambar contoh dari sampah non-organik dan organic agar para pembuang sampah yang tidak mengetahui beda dari sampah yang organic dan non-organik itu apa mengerti .Jangan ketinggalan juga peringatan-peringatan agar sampah itu dipisahkan seperti “Pisahkan sampahmu atau tempat tinggalmu akan tenggelam karena GLOBAL WARMING lebih cepat !!!!!” Pada intinya kita memaksakan pada orang-orang sekitar agar lebih aware lagi dengan lingkungan. Kalau ingin lebih serius lagi, ITB seharusnya mempunyai satpam dengan tugas multi fungsi, menjaga keamanan sekaligus menjaga kebersihan lingkungan juga. Dengan arti tugas satpam juga meliputi menghukum bagi orang yang membuang sampah tidak pada tempatnya dan tidak memisahkan sampahnya dengan benar.
Kantin atau toko-toko yang ada di ITB juga masih menyediakan kantong kresek untuk para pembelinya. Bagaimana jika kita larang dengan keras penggunaan kantong kresek tersebut. Jadi secara otomatis pembeli akan membawa kantong belanjaan sendiri jika ingin berbelanja.Jika kita tidak memulainya maka kantong kresek akan terus ada dalam kehidupan kita.
Untuk menjaga keasrian lingkungan, tidak hanya sampah saja yang harus kita perhatikan. Namun juga tanaman yang ada di sekitar kita. Agar tiap mahasiswa ITB mempunyai bentuk nyata kepedulian pada lingkungannya, bagaimana jika setiap mahasiswa di ITB harus menanam dan merawat minimal 1 pohon, tidak harus pohon besar, pohon kecil yang dapat ditaruh dikosan juga tidak masalah. Kita dapat mencanangkan pada mahasiswa baru, berikan pohon mini pada setiap mahasiswa baru dan haruskan mereka untuk merawatnya dengan baik. Jangan lupa berikan juga pada mahasiswa lamanya.
Sampah B3 yang dikenal berbahaya juga harus di perlakukan dengan baik, sebaiknya ada tempat khusus di ITB untuk menampung sampah B3 tersebut. Saya sempat mendengar bahwa kak Sano, pendiri U-Green ITB sudah mampu mengolah sampah B3 dengan baik. Bagus sekali jika seluruh sampah B3 dari mahasiswa ITB dikumpulkan menjadi satu dan kemudian diolah dengan benar.
Kemudian, kalau perlu kita bikin event besar yang dapat melingkupi sebagian besar massa kampus ITB. Event tersebut tidak harus murni event lingkungan. Kita bisa gabung dengan event musik atau handicraft. Tujuan utamanya agar banyak orang yang datang.Lalu disekitar tempat event tersebut kita sediakan beberapa tempat sampah dan kita siapkan juga orang-orang yang biasa atau pernah terlibat dalam aksi lingkungan menjaga tempat sampah tersebut dan menuntun agar para pembuang sampah mengerti bagaimana membuang sampah yang tepat.
Untuk paragraf ini saya ingin lebih menekankan pada masalah event yang saya katakan besar pada paragraf di atas. Selama ini saya melihat bahwa event lingkungan yang sudah terlaksana di ITB belum terlalu banyak menggandeng mahasiswa ITB sendiri. Alangkah baiknya jika sewaktu-waktu kita mengadakan suatu event yang bekerjasama dengan beberapa unit dan/atau himpunan di ITB. Seperti yang sudah saya katakan diatas kita dapat bekerjasama dengan mengadakan konser musik bertema lingkungan atau pameran kerajinan tangan hasil dari daur ulang kertas dan daur ulang sampah lainnya. Disana kita selipkan juga pendidikan mengenai cara menghadapi sampah dengan baik. Jika kita memperkirakan akan banyak massa yang datang kesana, maka kita juga harus mempunyai tempat yang sesuai juga agar penyampaian materi sampah tersebut dapat terlaksana dengan baik.
Mungkin beberapa hal diatas dapat dijadikan beberapa referensi dalam menjaga kampus ITB ini tetap asri.Namun sebelum kita mengajak teman-teman di kampus kita untuk peduli terhadap lingkugan, mulai tumbuhkanlah rasa pedulii terhadap lingkungan dari diri kita masing-masing terlebih dahulu.
Dari: anzilia rizka
Topik: esay GFD2
Kepada: ivan_astro_hadinata@yahoo.co.id
Cc: anzilializta@students.itb.ac.id
Tanggal: Selasa, 7 April, 2009, 1:21 PM
[Oleh :Mahasiswa ITB Angkatan 2008 Anzilia Rizka Yunita_16208089]
|
|
BY: Daniel Chris Tannia / Mahasiswa ITB Angkatan 2008 / NIM : 16708329
Sebagai mahasiswa kita memiliki kewajiban untuk bersama-sama menjaga kebersihan kampus kita. Menurut saya langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh kita sebagai mahasiswa adalah dengan memulainya dari diri kita sendiri, kita harus belajar untuk hemat dalam menggunakan sumber daya yang tersedia (seperti kita harus menggunakan listrik dengan seperlunya tanpa memakainya berlebihan, jika hari sudah pagi matikan lampu-lampu, jangan dibiarkan menyala terus). Selain itu kita juga perlu memiliki perhatian terhadap kebersihan lingkungan, karena tanpa kita memiliki kepedulian terhadap lingkungan maka kita sulit untuk menjaga dan memelihara lingkungan.
Selain itu sebagai mahasiswa yang telah dibekali ilmu untuk memelihara dan memperhatikan lingkungan sekitar kita, kita dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat sekitar tentang cara-cara menggulangi sampah yang ramah lingkungan dan dapat menambah nilai guna dari sampah (karena sebenarnya tidak semua sampah telah kehilangan nilai gunanya tapi ada cara-cara agar sampah tersebut dapat memiliki nilai guna yang masih menguntungkan seperti pengomposan sampah yang dapat menyuburkan tanah). Kita juga dapat memberitahu masyarakat tentang teknik-teknik pengomposan dan alat-alat pendukungnya karena sekarang telah terdapat komposter skala rumah tangga. Komposter type ini digunakan dalam penanganan sampah organik yakni material sisa-sisa pemakaian rumah tangga seperti : makanan, kertas, ikan, buah-buahan, sayuran, dll. Katagori sampah organik adalah segala hal yang dihasilkan berasal dari makhluk hidup (tumbuhan, hewan, manusia). Komposter dengan aktivator kompos seperti halnya : organic decomposer, EM, Green Phoskko, dan sejenisnya serta ditambahakan penggembur (bulking agent) akan berkemampuan merubah sampah sisa rumah tangga menjadi kompos hanya dalam 10 hingga 12 hari saja. Kompos akan berguna dalam memelihara kesuburan tanah dan sebagai pasokan nutrisi bagi tanaman anda atau dikomersialkan guna dijual kepada petani, pemilik taman, kalangan hobies tanaman dan bunga. Komposter berfungsi dalam mengalirkan udara (aerasi), memelihara kelembaban dan temperatur sehingga bakteri dan jasad renik bekerja mengurai bahan organik secara optimal. Disamping fungsi tersebut, dengan komposter memungkinkan aliran lindi terpisah dari material padat dan akan menguntungkan bagi pembuatan pupuk cair.
Composer tersebut memiliki cara pengaplikasian yang sederhana dan mudah. Kapasitas suatu komposter Type L pada 0,12 m3 (120 liter) sampah atau setara 30 kg, akan mampu mengolah sampah dari kurang lebih 10 rumah tangga selama 12 hari proses dekomposisi. Bagi rumah tangga Indonesia diketahui, setiap jiwa mengeluarkan sampah sekira 2,6 liter per hari atau 15 liter per keluarga rumah Indonesia dengan 5 jiwa / keluarga. Sehingga sebenarnya teknik pengomposan memiliki keuntungan ganda karena selain memelihara lingkungan juga dapat menghasilkan uang. Karena itu kita sebagai mahasiswa harus mengajak dan memberi penyuluhan kepada masyarakat agar mereka mau menerapkan pengomposan ini paling tidak di rumahnya masung-masing.