Tampilkan postingan dengan label Artikel Mahasiswa GFD. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel Mahasiswa GFD. Tampilkan semua postingan

Kamis, 20 Agustus 2009

Zero Waste Event Open House Unit ITB 2009


Saya turut bangga akan diselenggarakannya kegiatan "Zero Waste Event pada Open House Unit ITB 2009" tahun ini. Kegiatan ini merupakan wujud kepedulian para mahasiswa terhadap lingkungan sekitar kampus mereka. Tim Zero Waste Event merupakan kumpulan relawan mahasiswa yang meluangkan waktu mereka untuk peduli terhadap lingkungan kampusnya melalui program meminimalisir terbentuknya sampah dalam berbagai event di kampus mereka. Program ini merupakan kerjasama dari berbagai himpunan dan unit di kampus beserta lembaga-lembaga lain di kampus untuk mewujudkan Eco-Campus di suatu saat nanti.

Zero Waste Event mempunyai tujuan utama 3 R bagi sampah yang terbentuk dalam suatu event yaitu Reduce, Reuse dan Recycle. Sampah diupakan dibuang dalam keadaan terpisah sehingga akan lebih mudak diolah kemudian. Misalnya untuk sampah yang mudah membusuk bisa langsung diolah menjadi kompos dan digunakan bagi penyubur tanaman. Terbentuknya sampah sangat diupayakan untuk diminimalisir semaksimal mungkin sehingga suatu kegiatan besar tidak menghasilkan sampah yang terlalu banyak, apalagi sampah yang berbahaya seperti stereofoam. Sampah lebih baik diolah sendiri setelah dipilah-pilah sebelum dibuang ke tempat pembuangan sementara, Jadi lebih baik kita mengelola sendiri sampah yang kita hasilkan dibandingkan hanya memindahkan gundukan sampah ke lokasi lainnya tanpa diolah. Dalam kegiatan kali ini sampah dipilah-pilah menjadi sampah kertas, sampah mudah membusuk dan sampah tidak mudah membusuk. Bagi sampah yang sukar sekali untuk membusuk seperti stereofoam, plastik kresek hitam, sampah baterai akan dibuang ke tempat khusus yang dinamakan Zero Waste Indicator, yang merupakan indikator seberapa banyak sampah berbahaya yang berada di lingkungan event tersebut. Ada zona green, yellow dan red pada Zero Waste Indicator. Jika tumpukan sampah berbahaya dalam wadah ini semakin menuju ke zona Red, maka hal ini mengindikasikan bahwa kegiatan ini semakin menghasilkan sampah yang semakin tidak Zero Waste.

Dalam kegiatan kali ini tim zero waste terbagi 3, ada Zero Waste Spot (di dekat lokasi tong pemilahan untuk membuang sampah), Zero Waste Center (Pusat informasi bagi kegiatan Zero Waste,berupa informasi mengenai cara-cara me-recycle sampah, daur ulang kertas, takakura / composting, dll) dan Zero Waste Indicator.

Minggu, 26 April 2009

Menjadikan Kampus ITB Berwawasan Lingkungan


By : Syarafina Marha (Sarah)

Mahasiswa ITB , FTI '08


Sampah adalah masalah utama bagi masyarakat Indonesia saat ini.Kita sebagai elemen mahasiswa sudah sepatutnya membantu memecahakan permasalahan yang satu ini. Tidak harus langsung menggerakkan aksi yang besar-besaran. Mulailah dari diri kita sendiri, jika sudah mulailah kita menggerakan aksi di kampus kita sendiri. Kita dapat melakukan beberapa hal atau program untuk menjadikan kampus ITB ini sebagai kampus yang berwawasan lingkungan.

Salah satu contohnya adalah dengan menyediakan takakura disetiap kantin yang ada di ITB. Dengan adanya takakura, sampah organik yang dihasilkan dari hasil kegiatan dikntin ITB baik sampah organik dari sang penjual maupun dari pembeli dapat dibuang ke takakura tersebut sehingga tidak tercampur dengan sampah non-organiknya serta tidak berceceran kemana-mana. Jika ingin melaksanakan program ini sebaiknya kita mempersiapkan juga personil khusus yang akan mengatur lancarnya atau benarnya penggunaan takakura tersebut.Misalnya orang yang biasanya mengangkut sampah dari kantin tersebut baiknya sekaligus mengecek keadaan takakura setiap harinya.Mengapa tidak kita sediakan takakura di setiap sudut di ITB ? sebenarnya ide itu sangat baik sekali, akan tetapi mayoritas dari sampah yang dibuang di tempat sampah selain di tempat sampah kantin adalah sampah non-organik,jadi kemungkinan besar takakura hanya berfungsi kecil. Menurut saya lebih efisien jika tempat sampah yang dipisah seperti biasa.

Menanggapi masalah tempat sampah yang sudah di pisah organic dan non-organik namun tetap tercampur mungkin kita harus memberi peringatan berupa gambar-gambar contoh dari sampah non-organik dan organic agar para pembuang sampah yang tidak mengetahui beda dari sampah yang organic dan non-organik itu apa mengerti .Jangan ketinggalan juga peringatan-peringatan agar sampah itu dipisahkan seperti “Pisahkan sampahmu atau tempat tinggalmu akan tenggelam karena GLOBAL WARMING lebih cepat !!!!!” Pada intinya kita memaksakan pada orang-orang sekitar agar lebih aware lagi dengan lingkungan. Kalau ingin lebih serius lagi, ITB seharusnya mempunyai satpam dengan tugas multi fungsi, menjaga keamanan sekaligus menjaga kebersihan lingkungan juga. Dengan arti tugas satpam juga meliputi menghukum bagi orang yang membuang sampah tidak pada tempatnya dan tidak memisahkan sampahnya dengan benar.

Kantin atau toko-toko yang ada di ITB juga masih menyediakan kantong kresek untuk para pembelinya. Bagaimana jika kita larang dengan keras penggunaan kantong kresek tersebut. Jadi secara otomatis pembeli akan membawa kantong belanjaan sendiri jika ingin berbelanja.Jika kita tidak memulainya maka kantong kresek akan terus ada dalam kehidupan kita.

Untuk menjaga keasrian lingkungan, tidak hanya sampah saja yang harus kita perhatikan. Namun juga tanaman yang ada di sekitar kita. Agar tiap mahasiswa ITB mempunyai bentuk nyata kepedulian pada lingkungannya, bagaimana jika setiap mahasiswa di ITB harus menanam dan merawat minimal 1 pohon, tidak harus pohon besar, pohon kecil yang dapat ditaruh dikosan juga tidak masalah. Kita dapat mencanangkan pada mahasiswa baru, berikan pohon mini pada setiap mahasiswa baru dan haruskan mereka untuk merawatnya dengan baik. Jangan lupa berikan juga pada mahasiswa lamanya.

Sampah B3 yang dikenal berbahaya juga harus di perlakukan dengan baik, sebaiknya ada tempat khusus di ITB untuk menampung sampah B3 tersebut. Saya sempat mendengar bahwa kak Sano, pendiri U-Green ITB sudah mampu mengolah sampah B3 dengan baik. Bagus sekali jika seluruh sampah B3 dari mahasiswa ITB dikumpulkan menjadi satu dan kemudian diolah dengan benar.

Kemudian, kalau perlu kita bikin event besar yang dapat melingkupi sebagian besar massa kampus ITB. Event tersebut tidak harus murni event lingkungan. Kita bisa gabung dengan event musik atau handicraft. Tujuan utamanya agar banyak orang yang datang.Lalu disekitar tempat event tersebut kita sediakan beberapa tempat sampah dan kita siapkan juga orang-orang yang biasa atau pernah terlibat dalam aksi lingkungan menjaga tempat sampah tersebut dan menuntun agar para pembuang sampah mengerti bagaimana membuang sampah yang tepat.

Untuk paragraf ini saya ingin lebih menekankan pada masalah event yang saya katakan besar pada paragraf di atas. Selama ini saya melihat bahwa event lingkungan yang sudah terlaksana di ITB belum terlalu banyak menggandeng mahasiswa ITB sendiri. Alangkah baiknya jika sewaktu-waktu kita mengadakan suatu event yang bekerjasama dengan beberapa unit dan/atau himpunan di ITB. Seperti yang sudah saya katakan diatas kita dapat bekerjasama dengan mengadakan konser musik bertema lingkungan atau pameran kerajinan tangan hasil dari daur ulang kertas dan daur ulang sampah lainnya. Disana kita selipkan juga pendidikan mengenai cara menghadapi sampah dengan baik. Jika kita memperkirakan akan banyak massa yang datang kesana, maka kita juga harus mempunyai tempat yang sesuai juga agar penyampaian materi sampah tersebut dapat terlaksana dengan baik.

Mungkin beberapa hal diatas dapat dijadikan beberapa referensi dalam menjaga kampus ITB ini tetap asri.Namun sebelum kita mengajak teman-teman di kampus kita untuk peduli terhadap lingkugan, mulai tumbuhkanlah rasa pedulii terhadap lingkungan dari diri kita masing-masing terlebih dahulu.

Impian Anak Muda Akan Lingkungan

Dari: anzilia rizka
Topik: esay GFD2
Kepada: ivan_astro_hadinata@yahoo.co.id
Cc: anzilializta@students.itb.ac.id
Tanggal: Selasa, 7 April, 2009, 1:21 PM

[Oleh :Mahasiswa ITB Angkatan 2008 Anzilia Rizka Yunita_16208089]


Yang akan saya ketikkan disini adalah impian. impian kita mungkin juga beririsan dengan impian orang lain kan? impian juga boleh tinggi kan? berarti gak terbatas seperti apa dong langkah dan proyek sebesar dan segila apa yang boleh diketikin di essay ini.
langsung saya mulai aja deh. yang pertama. setelah saya ngeliat temen2 saya. kebanyakan mereka tuh beli minuman dalam kemasan (entah itu botol atau gelas) sebenernya cuma butuh airnya aja bukan sih? kemasannya enggak. jadi, gimana kalo di itb kantin2nya pada jualan air literan, jadi kaya pom bensin gitu. soalnya kebanyakan warga2 ITB udah pada bawa tempat minum sendiri dari rumah. dan gara2 water tab-nya aja ngadat, jadi terpaksa beli air kemasan. kita bikin dispenser sendiri gitu, judulnya "POM AIR ITB" (aduh, gak ada ide banget sih namanya).

Yang kedua. setelah tahu bikin kompos karung itu lumayan mudah. terus berpikir kalo di ITB tuh banyak kantin dan daun2 kering. gimana kalo warga2 ITB meluangkan waktu sebentar buat bikin kompos karung bareng. waktu kepikiran, kok kayanya mirip anak SD gitu ya? pake bikin hal2 aneh bareng2 gitu. selain itu, ngumpulin warga2 se-ITB susah juga sih.

Yang ketiga. ngeliat konsumen air mineral dalam kemasan itu banyak banget. gimana kalo ada tempat pengumpulan botol2+gelas2 air mineral bekas gitu. trus kalo udah banyak, dijual. uangnya dibuat beli botol air, gitu. atau kalo nggak ya buat beli bibit ato apalah. tapi rencana ini bisa ngerugiin juga sih. kasian pemulung2 atau orang2 yang cari nafkah dari ngejualin botol2+gelas2 bekas air mineral ini.

hem... kayanya segini dulu deh. ga ada ide lagi. mungkin ide yang lain juga udah pernah dikemukakan orang lain. kaya ngasih takakura di setiap kantin ITB atau bikin kertas daur ulang bareng trus di jual. makasih banget buat yang udah baca ide saya ini. makasih. makasih. makasih. ^^


Peran Mahasiswa dalam Menangani Sampah di Kampus dan Lingkungan Sekitarnya

BY: Daniel Chris Tannia / Mahasiswa ITB Angkatan 2008 / NIM : 16708329


Sebagai mahasiswa kita memiliki kewajiban untuk bersama-sama menjaga kebersihan kampus kita. Menurut saya langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh kita sebagai mahasiswa adalah dengan memulainya dari diri kita sendiri, kita harus belajar untuk hemat dalam menggunakan sumber daya yang tersedia (seperti kita harus menggunakan listrik dengan seperlunya tanpa memakainya berlebihan, jika hari sudah pagi matikan lampu-lampu, jangan dibiarkan menyala terus). Selain itu kita juga perlu memiliki perhatian terhadap kebersihan lingkungan, karena tanpa kita memiliki kepedulian terhadap lingkungan maka kita sulit untuk menjaga dan memelihara lingkungan.

Selain itu sebagai mahasiswa yang telah dibekali ilmu untuk memelihara dan memperhatikan lingkungan sekitar kita, kita dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat sekitar tentang cara-cara menggulangi sampah yang ramah lingkungan dan dapat menambah nilai guna dari sampah (karena sebenarnya tidak semua sampah telah kehilangan nilai gunanya tapi ada cara-cara agar sampah tersebut dapat memiliki nilai guna yang masih menguntungkan seperti pengomposan sampah yang dapat menyuburkan tanah). Kita juga dapat memberitahu masyarakat tentang teknik-teknik pengomposan dan alat-alat pendukungnya karena sekarang telah terdapat komposter skala rumah tangga. Komposter type ini digunakan dalam penanganan sampah organik yakni material sisa-sisa pemakaian rumah tangga seperti : makanan, kertas, ikan, buah-buahan, sayuran, dll. Katagori sampah organik adalah segala hal yang dihasilkan berasal dari makhluk hidup (tumbuhan, hewan, manusia). Komposter dengan aktivator kompos seperti halnya : organic decomposer, EM, Green Phoskko, dan sejenisnya serta ditambahakan penggembur (bulking agent) akan berkemampuan merubah sampah sisa rumah tangga menjadi kompos hanya dalam 10 hingga 12 hari saja. Kompos akan berguna dalam memelihara kesuburan tanah dan sebagai pasokan nutrisi bagi tanaman anda atau dikomersialkan guna dijual kepada petani, pemilik taman, kalangan hobies tanaman dan bunga. Komposter berfungsi dalam mengalirkan udara (aerasi), memelihara kelembaban dan temperatur sehingga bakteri dan jasad renik bekerja mengurai bahan organik secara optimal. Disamping fungsi tersebut, dengan komposter memungkinkan aliran lindi terpisah dari material padat dan akan menguntungkan bagi pembuatan pupuk cair.

Composer tersebut memiliki cara pengaplikasian yang sederhana dan mudah. Kapasitas suatu komposter Type L pada 0,12 m3 (120 liter) sampah atau setara 30 kg, akan mampu mengolah sampah dari kurang lebih 10 rumah tangga selama 12 hari proses dekomposisi. Bagi rumah tangga Indonesia diketahui, setiap jiwa mengeluarkan sampah sekira 2,6 liter per hari atau 15 liter per keluarga rumah Indonesia dengan 5 jiwa / keluarga. Sehingga sebenarnya teknik pengomposan memiliki keuntungan ganda karena selain memelihara lingkungan juga dapat menghasilkan uang. Karena itu kita sebagai mahasiswa harus mengajak dan memberi penyuluhan kepada masyarakat agar mereka mau menerapkan pengomposan ini paling tidak di rumahnya masung-masing.