Lalu pertanyaannya apakah kaderisasi perlu kekerasan ? atau perlakuan "fisik" ? Saya rasa tidak. Disini makna kaderisasi secara global diplesetkan. Kaderisasi seringkali dijadikan ajang senioritas, ajang kekerasan fisik , ajang mengerjai juniornya, ajang tak bermakna. Saya sangat tidak setuju dengan kekerasan fisik dan ajang senioritas. Apakah dengan kekerasan nilai- nilai moral yang mau kita tanamkan ke orang-orang yang kita kader akan sampai. Sistem kaderisasi di kebanyakan organisasi memang masih salah. Dari 10 kaderisasi di organisasi di perguruan tinggi. Gw menilai 1 saja yang mungkin layak dikatakan proses kaderisasi yang benar. Ajang senioritas yang kerap kali menindas junior dibandingkan menanamkan nilai moral merupakan coretan buruk di mata organisasi itu. Malukah kita?
Kaderisasi yang dilakukan orang tua kita lewat penanaman moral, dengan mengajarkan kita tata krama, sopan santun, cara bersikap, membentuk karakter kita tanpa lewat kekerasan sampai kita menjadi pribadi yang baik merupakan proses kaderisasi yang paling utuh dan benar. Langkah kaderisasi dengan push up , sit up dan aksi kekerasan lainnya atau aksi fisik lainnya merupakan sebuah kesalahan fatal bagi organisasi tersebut. Jujur saya kecewa.
Positif Negatifnya proses kaderisasi secara umum dapat kita jabarkan menurut pengalaman dan hasil bacaan-bacaan di koran dan internet. Positifnya tentu kita lebih mengenal teman-teman seangkatan kita yang sama-sama dikader, lalu kitapun mengenal banyak senior-senior kita di organisasi yang sama. Pastilah networking kita akan baik di masa depan. Kekompakan kita dengan teman-teman juga akan terbentuk. Selain itu pengembangan kekuatan/ketangguhan mental,kreatifitas, motivasi dan moral kita juga meningkat drastis ketika kita mengikuti proses itu dengan serius. Proses tersebut juga membuat kita lebih memiliki sense of belonging yang tinggi di organisasi tersebut dan semakin akrab dengan teman sepermainan di organisasi tersebut. Tapi negatifnya kembali lagi masalah senioritas masih kental , ajang mengerjai junior apalagi jika ada aksi kekerasan/ masalah fisik. Yah maklum ada positif dan negatifnya, yang penting kita sama-sam memperbaikinya.
Apakah orang-orang yang punya kelebihan fisik, tahan akan kekerasan, kuat mendaki gunung, kuat berdiri di tengah hutan seharian penuh dapat dijadikan tolak ukur bahwa orang-orang yang dikader akan baik moralnya? Lalu kita mencari orang yang kuat fisik atau kuat moralnya? itu yang harus ditilik kembali. Kalau tujuan utama kita kaderisasi yaitu menanamkan nilai-nilai moral dan mempersiapkan calon-calon yang siap melanjutkan tongkat estafet perjuangan sebuah organisasi. Kita membutuhkan orang yang kuat mental, moral, inovasi , ide-ide cemerlang dan mampu memiliki motivasi tinggi dalam mengelola organisasi, bukan orang yang kuat fisiknya. Malahan orang -orang yang kuat fisik banyak yang tidak punya motivasi karena merasa dia hebat dan tangguh di masa kaderisasi yang mengandalkan fisik saja. Sekarang dunia semakin modern, perbaikilah sistem kaderisasi kita.
Mari kita bersama-sama memperbaiki proses kaderisasi apapun itu bentuknya, baik di dunia kerja ataupun di perkuliahan.
kaderisasi udah banyak berubah jadi ajang adu jotos, penyebabnya tak lain karena haus kekuasaan....
BalasHapusyaph...memang sudah menjadi ajang perpeloncoan belaka....mari diubah mulai sekarang
BalasHapuswk3...di gambarnya thu pake bahasa jerman lol
BalasHapusIyah...it kan pernah u komentarin duluu
BalasHapushahahaha