Akhir-akhir ini terdapat kontroversi pemakaian energi alternatif bioetanol. Beberapa orang berpendapat bahwa bietanol akan memperparah pemanasan global bumi kita. Sebagian ahli ekonomi, ilmuwan dan ahli lingkungan justru memperingatkan, produksi etanol besar-besaran sebagai pengganti minyak bumi dan batu bara memperparah dampakpemanasan global (global warming) di masa mendatang. Penggunaan bahan bakar alternatif biofuel, tidak menjamin penyelamatan lingkungan dan menekan pengaruh perubahan iklim Apakah ini benar ?
Bahan bakar nabati (biofuel) adalah bahan bakar yang mampu menyerap karbondioksida sebagai penyebab tingginya efek rumah kaca. Bahan bakar ini pun dinyatakan sebagai bahan bakar ramah lingkungan yang bisa menggantikan bahan bakar fosil.Tapi sebuah penelitian mempublikasikan bahwa gas yang dihasilkan biofuel justru mampu disimpan dan berdampak pada efek rumah kaca. Hal ini muncul karena disinyalir pupuk yang dipakai oleh petani bisa berdampak pada tanaman yang digunakan sebagai bahan baku biofuel.
Menurut saya, latar belakang munculnya banyak dampak negative bietanol ke lingkungan merupakan kesalahan dari sumber daya manusia pengolah bioetanol ini. Kita bisa menganalisa bahwa dengan menggunakan bietanol lebih ramah lingkungan daripada bahan bakar fosil. Mula-mula kita menanam bahan baku bietanol, tumbuhan baku bioetanol ini akan menyerap CO2 di udara. Lalu saat bioetanol digunakan maka memang akan menghasilkan CO2 tetapi perhatikanlah secara matematis perhitungan karbon dari tanaman biofuel adalah nol karena saat ditanam tanaman itu menarik karbondioksida (CO2), sedangkan saat digunakan, biofuel mengemisikan CO2.Ketika kita menggunakan bahan bakar fosil, kita hanya akan menambah materi CO2 ke atomsfer kita, sedangkan dengan bietanol akan terbentuk siklus CO2. Sehingga tidak menambah materi CO2 ke atmosfer kita.
Masalah penggunaan pupuk yang salah oleh petani yang dapat berdampak pada efek rumah kaca kita dapat melakukan pembenahan dengan cara penyuluhan yang tepat agar petani menggunakan pupuk yang tepat. Yang saya amati petani Indonesia sering melakukan hal yang salah dalam bercocok tanam, misalnya untuk menanam tanaman baku bioetanol. Petani sering merendam tanahnya saat bercocok tanam. Padahal ini yang menyebabkan CH4 pada pupuk dapat lepas ke atmosfer dan menjadi gas efek rumah kaca. Penggunaan pupuk yang lebih ramah lingkungan juga merupakan solusi yang tepat. Dengan pupuk kompos kita akan semakin mengurangi efek rumah kaca. Metode ini akan lebih mengurangi materi gas rumah kaca di atmosfer kita sehingga lebih ramah lingkungan.
Walaupun penggunaan bioetanol mengalami banyak kontroversi,tetapi menurut saya bioetanol masih lebih baik daripada bahan bakar fosil. Masalah apakah ada teknologi yang akan lebih baik lagi , itu menjadi tantangan kita semua untuk mencari dan mengembangkannya. Untuk masa sekarang bioetanol merupakan teknologi terbaik bagi saya. Selain itu diusahakan agar bahan baku bioetanol berasal dari tanaman bukan pangan agar harga bahan bakunya tidak bersaing dengan harga pangan yang sekarang ini sedang menaik terus-terusan. Perlu pengelolaan yang lebih baik lagi dalam penggunaan teknologi bietanol. Marilah kita berupaya menyempurnakan setiap teknologi yang ada agar kita mempunyai energi pengganti yang paling tepat di masa akan datang. (Oleh: Ivan Hadinata Rimbualam )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar