Kamis, 19 Februari 2009

Kegiatan Garbage Fun Day 14 Februari 2009


Kegiatan Garbage Fun Day – tanggal 14 Februari 2009

Banyak pemuda Indonesia masih belum menentukan sikapnya terhadap peran mahasiswa sebagai bagian dari pemuda dalam menanggapi isu-isu lingkungan yang sedang dihadapi saat ini. Berangkat dari pemikiran tersebut, Ganesha Hijau Keluarga Mahasiswa ITB, Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia (HIMATEK), Himpunan Mahasiswa SITH (Nymphaea), Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL) dan Ugreen ITB saling bekerjasama menyiapkan kegiatan “Garbage Fun Day”, sebuah kegiatan edukasi lingkungan dalam wujud talkshow lingkungan yang berbobot dengan topik yang akan membuka wawasan isu-isu lingkungan saat ini dan bagaimana sikap mahasiswa ITB yang tepat dalam menyikapinya. Tujuan kegiatan “Garbage Fun Day” adalah membuka wawasan lingkungan dan pemikiran mahasiswa ITB terhadap peran strategis mahasiswa Indonesia dalam menyikapi perubahan iklim. Esensi kegiatan edukasi lingkungan “Garbage Fun Day” diharapkan tercapai maksimal dengan konsep menyenangkan, menarik dan santai. Harapan dari kegiatan “Garbage Fun Day” adalah semakin terbentuknya komunitas pemuda/pemudi pecinta lingkungan yang mulai berpikir kritis dalam menyikapi isu-isu lingkungan yang aktual. Dalam kegiatan ini panitiapun akan membagikan souvenir berupa tas dompet yang menunjang slogan “antiplastic bag”.

DESKRIPSI KEGIATAN

Tempat : 9231 Ruang Multimedia GKU Timur, Institut Teknologi Bandung, Bandung, Jawa Barat

Waktu : Sabtu, 14 Februari 2009

Peserta : Mahasiswa Institut Teknologi Bandung

Bentuk kegiatan :

1. Talkshow Edukasi Lingkungan

Tema : “Peran Strategis Mahasiswa Indonesia Menyikapi Perubahan Iklim”

Pemateri : M. Bijaksana Rosano “Greeneration Indonesia“ (Duta Lingkungan Indonesia BYEE 2005)

Dr. Retno Gumilang Dewi (Dosen Teknik Kimia ITB)

Kak Anil, Trainer Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi (YPBB)

2. Sosialisasi Rencana Kegiatan Lingkungan dari Ganesha Hijau Keluarga Mahasiswa ITB

3. Diskusi Lingkar Lingkungan

4. Games Edukasi Lingkungan


Acara Garbage Fun Day /GFD dimulai pada pukul 08.25 WIB di ruang Multimedia 9231 GKU Timur ITB, diawali dengan penjelasan mengenai safety ruangan oleh Dr. Sanggono Adisasmito selaku moderator Talkshow, lalu dilanjutkan dengan kata sambutan oleh Ivan Hadinata Rimbualam selaku Ketua Garbage Fun Day dan sambutan dari Kang Ridho selaku wakil dari Keluarga Mahasiswa ITB. Kegiatan ini memang dibawakan dengan suasana “fun”, santai dan interaktif. Sejak awal MC Talkshow membawakan suatu suasana menyenangkan pada acara ini. Setelah itu, dilaksanakan talk show yang mengundang tiga pembicara, yakni Dr. Retno Gumilang Dewi ( Dosen Teknik Kimia ITB ), Kak Anil ( Aktivis YPBB ), dan M. Bijaksana Junerosano (Aktivis Greeneration Indonesia).

Talk show dimulai dengan penjelasan dari Bu Retno Gumilang Dewi akan pentingnya isu global warming untuk kita perdulikan karena dampaknya besar bagi kelangsungan hidup manusia, seperti kenaikan permukaan air laut yang akan menenggelamkan pulau-pulau kecil. Bu Retno juga mengingatkan pentingnya menghemat penggunaan listrik karena hal itu merupakan bentuk partisipasi dalam upaya pencegahan global warming.Bu Retno secara umum memberikan paparan umum yang luas mengenai isu-isu lingkungan secara global.

Acara talk show dilanjutkan oleh Kak Anil, selaku Trainer/Aktivis dari YPBB (Yayasan Pengembangan Biosains & Bioteknologi ) dengan penjelasannya tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan YPBB selama ini dalam isu mencegah global warming. Kak Anil bercerita bagaimana usaha-usahanya dalam mengenalkan sampah kepada anak-anak sekolah dasar, mengajak masyarakat luas untuk sadar akan pentingnya sumber daya air yang semakin langka, dan mengajak masyarakat dalam berpartisipasi memilah dan mengolah sampah di dalam rumah sendiri dengan metode Takakura, mengadakan sosialisasi zero waste event. Kak Anil juga mengajak mahasiswa (dalam hal ini peserta) untuk turut serta menyebarkan upaya pencegahan global warming, seperti dengan bergabung sebagai volunteer di lembaga-lembaga seperti YPBB.

Kak Sano panggilan akrab dari M. Bijaksana Junerosano sebagai pembicara ketiga dalam talk show ini membagi pengalamannya sebagai pendiri U-Green ITB dan juga Greeneration Indonesia. Ia juga merupakan duta lingkungan Indonesia dalam BYEE 2005 lalu. Ia mengkritik pihak-pihak yang berwajib dalam masalah lingkungan, khususnya sampah, yang hanya mengeluarkan aturan tanpa ada tindakan konkret. Contohnya saja di Bandung. Sebenarnya sudah ada undang-undang yang mengatur tentang denda bagi orang yang membuang sampah sembarangan, tetapi sampai sekarang tidak ada pelaksanaan dari undang-undang tersebut. Selain itu, ia pun meminta mahasiswa untuk sadar lingkungan, khususnya mahasiswa ITB. Selama ini, mahasiswa ITB belum dianggap sadar lingkungan. Hal ini terbukti dari sikap mahasiswa yang tidak memilah sampah antara organik dan anorganik ketika membuang sampah padahal tempatnya sudah tersedia. Selain itu, ia mengungkapkan bahwa menjadi aktivis lingkungan bukan berarti tidak dapat menghasilkan keuntungan. Terbukti dengan kreativitas dan kemauan, ia dapat mengkomersilkan produk unik mendukung antiplastic bag yang bernama “Bagoes” dengan konsep ergonomis sehingga dapat meraup keuntungan. Kak Sano memberikan teladan yang banyak bagi peserta bagaimana peran mahasiswa sebagai pemuda dalam menghadapi isu-isu lingkungan dan memberi semangat kita sebagai pemuda untuk terus maju memperjuangkan lingkungan kita menjadi lebih baik lagi di suatu saat nanti.

Setelah talk show yang melibatkan ketiga pembicara tersebut acara dilanjutkan dengan kuis untuk memancing minat peserta dalam berpendapat dan berpikir kreatif mengenai masalah lingkungan. Acara pun dilanjutkan dengan materi dari Kak Rizal (dari Nymphaea ITB) yang membahas tentang pembuatan pupuk cair serta pereduksian sampah. Ia pun memperlihatkan sebuah konsep taman bermain yang juga berfungsi sebagai tempat pengolahan sampah yang dapat mengatasi masalah sampah di perkotaan, khususnya Bandung.

Memasusuki acara selanjutnya yaitu permainan dan diskusi lingkar lingkungan, peserta dibagi menjadi beberapa kelompok. Mereka dimobilisasi keluar ruangan dengan tertib. Permainan yang dilakukan berupa memilah-milah sampah berdasarkan produk yang bisa dihasilkan kembali dari sampah itu. Esensinya, peserta mengerti tentang pemilahan sampah dan mengetahui hasil dari daur ulang sampah itu. Tujuan lainnya adalah untuk meningkatkan kesadaran peserta untuk turut mendukung program daur ulang yang ada di lingkungan masing-masing. Setelah permainan selesai, dilaksanakan diskusi. Dalam diskusi, satu kelompok terdiri atas peserta yang berjumlah 8-10 orang dan dua fasilitator. Tema yang dibawakan pada diskusi berupa masalah-masalah lingkungan, baik global maupun lokal. Selain itu, melalui diskusi ini peserta diajak untuk mengambil sikap yang sesuai menghadapi problema lingkungan yang ada. Diskusi masing-masing kelompok berjalan lancar dan antusiasme peserta cukup tinggi.

Setelah permainan dan diskusi, peserta dimobilisasi kembali ke ruang 9231. Kemudian, peserta menikmati makanan kecil serta minuman dari Garuda Food yang dibagikan oleh panitia. Pada akhir acara, tugas kecil dibagikan kepada masing-masing kelompok sebagai sikap peduli akan sampah. Acara pun ditutup pukul 13.00 WIB.


LIHAT JUGA ARTIKEL : Garbage Fun Day, Saatnya Mahasiswa Peduli Lingkungan http://www.itb.ac.id/news/2329.xhtml

BANDUNG, itb.ac.id - Untuk membuka wawasan lingkungan dan pemikiran mahasiswa dalam menyikapi perubahan iklim yang terjadi, sebuah kegiatan edukasi lingkungan, Garbage Fun Day, digelar. Acara terselenggara berkat kerjasama dari Ganesha Hijau Keluarga Mahasiswa ITB, Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia (HIMATEK), Himpunan Mahasiswa Biologi (Nymphaea), Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL), dan Ugreen ITB.

Sebagai bagian dari acara, talkshow bertema Peran Strategis Mahasiswa Indonesia Menyikapi Perubahan Iklim diadakan di Ruang Multimedia GKU Timur, ITB pada Sabtu (14/02/09). Talkshow yang dimoderatori oleh Sanggono Adi Sasmito, dosen Teknik Kimia ITB, menghadirkan dosen dan aktivis di bidang lingkungan.

Isu lingkungan yang dibahas dalam acara ini diantaranya bahwa penggunaan listrik berlebihan dapat mempengaruhi pemanasan global, melimpahnya gas metana di udara kota Bandung dan pemanfaatannya untuk pembakaran, serta permasalahan sampah. Seperti diketahui, Bandung belum dapat lepas dari masalah sampah.

Menurut teh Anil, trainer Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi, insenerator bukan solusi tepat dalam penanganan sampah. Beberapa waktu yang lalu, pemerintah kota Bandung bermaksud menggunakan alat tersebut untuk mengatasi sampah, namun ditentang oleh berbagai pihak. Senada dengan Anil, Retno beralasan bahwa perilaku masyarakat tidak sesuai untuk penerapan insenerator. Alat ini membakar sampah yang ada dan memiliki resiko tersebarnya zat beracun jika pembakaran tidak sempurna. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memilah sendiri sampahnya memungkinkan tercampurnya benda yang menghasilkan zat berbahaya jika terbakar di dalam insenerator. Maka, kunci penanganan sampah yang tepat akhirnya ada pada kesediaan masyarakat untuk memilah sampahnya masing-masing. Prinsip-prinsip penanganan sampah yaitu SIMPAN, PILAH, OLAH dan REDUCE, REUSE, RECYCLE.

Untuk menumbuhkan kesadaran tersebut, diperlukan aturan ketat dari pemerintah. Bijaksana Rosano menegaskan bahwa perlu adanya satgas sampah agar masyarakat lebih aware untuk menaati peraturan. Bijaksana alias Sano adalah salah satu penggagas Greeneration Indonesia, perusahaan yang bergerak di bidang produksi barang-barang ramah lingkungan. Dalam acara ini, Sano yang juga alumni Teknik Lingkungan ITB angkatan 2000, memperkenalkan produk BAGOES: tas multifungsi yang dapat dikemas menjadi kecil dan dibawa kemana saja sesuai namanya (BAG-GOES). Produk ini dapat menggantikan plastik yang mengandung zat berbahaya bagi tanah dan berpotensi menimbulkan tumpukan sampah karena tidak dapat terurai.

Kepada para peserta, diberikan pula tips gaya hidup ramah lingkungan dari Nymphaea yaitu Reduce (pemakaian secukupnya), Recycle (mendaur ulang), Replace (mengganti dengan bahan yang dapat didaur ulang), Refill (mengisi dengan bahan daur ulang), dan Replant (menanam kembali). Reduksi sampah menjadi keharusan karena belum adanya sistem penanganan sampah yang tepat di negara ini. 3 orang peserta pun diminta maju untuk menyampaikan idenya mengenai perbaikan lingkungan di kampus ITB.

Acara ini juga menjadi ajang perekrutan anggota baru Ganesha Hijau. Ganesha Hijau adalah program Kabinet Keluarga Mahasiswa untuk menjadikan ITB kampus berwawasan lingkungan. Hingga saat ini, program yang telah dilakukan antara lain training Zero Waste untuk himpunan dan unit kegiatan mahasiswa, seminar, dan acara Clean Development.

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan ini, peserta yang ada dibagi dalam beberapa kelompok dan ditugaskan membuat proyek yang terkait dengan lingkungan.Proyek tersebut akan dipresentasikan pada pertemuan-pertemuan berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar