Rabu, 08 Juni 2011

3E For A Best Leader

Melalui pengalaman saya dalam memimpin keorganisasian kemahasiswaan kampus dan tim-tim berbagai projek dengan perusahaan besar, saya memperoleh pembelajaran luar biasa. Salah satu pelajaran yang harus dimiliki seorang pemimpin adalah 3E, yang saya namakan 3E For A Best Leader. Seorang pemimpin haruslah memiliki karakter 3E ini agar bisa menjadi pemimpin yang sukses dan dihormati. 3E itu adalah Energy, Energize, and Empowering. Mudah kan ya? Menarik pula kan? Yap!

Lalu, Apa itu energy? Energy adalah semangat membara dari seorang pemimpin. Pemimpin yang handal harus mampu mempunyai yang saya namakan bola energi dengan passion penuh akan suatu target atau pencapaian tertentu. Passionnya pasti kuat dan kokoh, tak mudah tergoyahkan. Dia punya 10 x energi lebih besar dari pemimpin lainnya dan punya semangat 10x lebih besar daripada anggota atau teman sepantaran. Dia punya semangat juang dan endurance yang sangat tangguh dan energic dalam mengerjakan semua hal yang menuju passionnya.

Selanjutnya, Energize. Pemimpin handal harus mampu menularkan energinya ke orang di sampingnya, orang yang sangat semangat tsb harus mampu mengajak teman-teman timnya menjadi semangat dan memiliki passion yg kuat pula. Dia harus mampu memberikan suntikan bola energi passion ke tim kerjanya dan memotivasi tim. Ketika tim gagal, dia harus jadi motivator ulung dan pemberi semangat kebangkitan dan membuat timnya hidup dan bangkit kembali. Energize people!

Terakhir, empowering. Pemimpin handal harus mampu men-sharekan power nya dan harus mampu membagikan pekerjaan orang-orang di dalam timnya dengan tepat sasaran. Dia harus mampu memilih the best teamnya dan mengelolanya dengan kekuatan empowering yg unggul. Mampu mendorong orang bekerja dan memiliki motivasi kerja yg tinggi adalah hal sulit dalam upaya empowering people. Dia harus mampu memberikan dorongan agar orang lain mau mengerjakan tugas demi anda, mampu mendorong orang lain mencapai tujuan visi misi perusahaan, dan lain sebagainya.

That are the quality of a best leader. Cobalah dipraktekkan yap ! Semangat dalam belajar dan berjuang! :)

Reaksi Sekunder Pirolisis Batubara

Pirolisis batubara secara umum merupakan dekomposisi termal dari batubara tanpa keberadaan udara atau komponen tambahan lainnya (Speight, 1994). Proses pirolisis umumnya terjadi pada rentang temperatur 300-700 oC (Sasongko, 2011). Pemanasan yang terjadi pada proses pirolisis menghasilkan produk berupa gas, cairan, tar, dan arang (Speight, 1994). Gas yang dihasilkan berupa gas yang mudah terbakar (H2 dan hidrokarbon ringan), gas yang tidak terbakar (CO2 dan air), dan berbagai gas lainnya, yaitu NH3, H2S, dll (Sasongko, 2011). Pirolisis secara sederhana berarti proses peningkatan kualitas bahan bakar dari batubara. Pirolisis batubara merupakan proses pemanasan batubara seperti di dalam oven yang melibatkan dua macam reaksi (Kabe, 2004).

Pirolisis batubara memiliki hal yang menarik dalam hal tingkat perolehan cairan tar yang relatif tinggi. Hal menarik lainnya muncul pada laju pemanasan batubara. Laju pemanasan batubara yang tinggi akan membatasi tingkat berlangsungnya reaksi sekunder pada pirolisis batubara. Transfer massa yang lambat menyebabkan peningkatan lama reaksi sekunder berlangsung. Hal tersebut berakibat pada perolehan gas yang semakin meningkat, perolehan tar yang menurun. (Gavalas, 1982).

Ketika batubara dipanaskan, tar primer diproduksi melalui pirolisis batubara pertama / pirolisis primer. Saat temperatur semakin meningkat, tar primer harus melalui sebuah zona yang bertemperatur tinggi dan proses pirolisis sekunder pada tar terjadi. Pada proses ini, pengembangan metode untuk memperkirakan perolehan produk dan komposisi dari tar diperlukan untuk menentukan perolehan produknya akan lebih digunakan menjadi sumber energi atau bahan kimia (Kabe, 2004).

Reaksi pirolisis merupakan reaksi yang kompleks, secara umum melibatkan proses pemutusan ikatan (bond breaking), penguapan (vaporization), dan kondensasi atau cross-linking, yang mengakibatkan perubahan pada densitas grup alifatik dan aromatik.

Penelitan akan pirolisis batubara yang dilakukan John F. Stubington dan Sumaryono menjelaskan bahwa pada pirolisis batubara terjadi 2 proses, yaitu (Stubington, 1983):
(1) Reaksi kompetitif antara hidrogen dan oksigen pada batubara
(2) Reaksi sekunder pada komponen volatil yang reaktif di dalam partikel batubara

Jianglong Yu memisah pirolisis menjadi 3 bagian, bagian coal / metaplast, pirolisis primer, dan pirolisis sekuder. Pada pirolsis pertama terlihat bahwa terbentuk tar, arang, dan gas primer. Tar dikonversi menjadi jelaga (soot) dan gas sekunder pada pirolisis sekunder. Gas primer ada sebagian menjadi gas sekunder dan jelaga pula, sedangkan arang sebagian menjadi gas sekunder(Yu, 2006).

Pada bagian I, batubara mengalami proses reduksi pada ikatan hidrogen dan cukup untuk memutus ikatan kimia yang lemah. Proses ini terjadi untuk melembutkan bentuk batubara dan membentuk komponen cairan, yang dikenal dengan metaplast. Pada tahap ini, terjadi kompetisi antara pemutusan ikatan dengan penstabilan ikatan. Ikatan yang terstabilkan merupakan pembentukan arang mula-mula. Sejumlah gas ringan terlepas pada tahap 1 ini, yang disebut gas primer. (Smith, 1994).

Pada bagian II, terjadi pemutusan ikatan berlanjut sehingga menambah produk gas ringan dan komponen bermassa molekul rendah dalam tahap metaplast berubah menjadi tar. Komponen yang bermassa molekul tinggi pada metaplast akhirnya membentuk arang dengan reaksi cross linking. Pembentukan gas berhubungan dengan gugus fungsi yang berada pada batubara, sehingga batubara yang memiliki gugus fungsi yang berbeda akan mengalami proses pirolisis yang berbeda pula. Pembentukan tar merupakan kombinasi antara proses depolimerisasi dan vaporization (Smith, 1994).

Pada bagian III, sebagian arang berubah menjadi karbon monoksida dan hidrogen . Sementara tar meneruskan reaksinya membentuk jelaga dan gas sekunder. (Smith, 1994).

Reaksi sekunder pada tar mengakibatkan proses seperti crosslinking dan dekomposisi pada tar. Crosslinking akan menghasilkan arang sekunder, berupa jelaga (soot), sedangkan dekomposisi tar akan menghasilkan gas sekunder.

Menurut penelitian John F. Stubington and Sumaryono Reaksi sekunder akan membuat molekul hidrokarbon yang besar seperti tar mengalami pemecahan menjadi molekul hidrokarbon yang lebih kecil, dan hidrogen terproduksi. Hal ini yang akan membentuk gas sekunder. Reaksi sekunder dikatakan juga membuat sejumlah karbon terbentuk dari komponen volatil yang terdeposit pada dinding pori-pori. Hal ini yang disebut jelaga (Stubington, 1983).

Ukuran partikel batubara memberikan pengaruh pada perolehan total dari volatile matter. Ukuran partikel yang lebih besar akan berpengaruh pada reaksi sekunder dengan meningkatkan perolehan dari gas ringan dan menurunkan perolehan tar (Yu, 2006).

Reaksi sekunder pada gas berlangsung dengan proses reaksi antara arang primer dan gas primer membentuk gas sekunder, dengan reaksi sebagai berikut:

C + CO2 <> 2 CO
C + H2O <> CO + H2
C + 2 H2 <>CH4
2 C + 2 H2 <> C2H4
C + 2 NH3 <> HCN + H2

Kelanjutan dari reaksi sekunder ditentukan oleh temperatur dan waktu tinggal dari komponen volatil dalam pori-pori batubara. Waktu tinggal akan meningkat dengan peningkatan ukuran partikel dan menurun sesuai dengan peningkatan ukuran pori; karena pada pori yang besar transfer massa dari partikel batubara lebih cepat (Stubington, 1983).

Seiring dengan peningkatan temperatur, proses reaksi sekunder akan semakin berlanjut (khususnya reaksi cracking) menyebabkan perolehan maksimum hidrokarbon yang lebih tinggi (seperti tar, propana, propilen) dan perolehan metana serta etilen meningkat pula. Seiring dengan meningkatnya ukuran partikel, waktu tinggal komponen volatil akan meningkat di dalam partikel batubara menyebabkan reaksi sekunder dapat berlangsung semakin lama. Hal ini berdampak pada perolehan arang yang meningkat pesat, dengan mengobarkan perolehan gas dan tar (Stubington, 1983).


Daftar Pustaka
  1. Gavalas, G.R. 1982. Coal Pyrolysis, Coal Science and Technology 4. Elsevier: Amsterdam.
  2. Kabe T., dkk. 2004. Coal and Coal-Related Compounds. Elsevier.
  3. Sasongko, Dwiwahju. 2011. Diktat Kuliah TK5008, Dasar-dasar Pemanfaatan & Pengolahan Batubara Teknik Kimia ITB. Bandung.
  4. Smith, K. Lee, dkk. 1994. The Structure and Reaction Processes of Coal. Plenum Press: New York.
  5. Speight, James G. 1994. The Chemistry and Technology of Coal. Marcel Dekker, Inc.: New York.
  6. Stubington, John F.; Sumaryono. Release of volatiles from large coal particles in a hot fluidized bed. Buttenvorth & Co., 1983.
  7. Yu, Jianglong; Lucas, John A.; Wall, Terry F. Formation of the structure of chars during devolatilization of pulverized coal and its thermoproperties: A review. Elsevier, 2006.
Penulis: Ivan Hadinata Rimbualam (@Ivanhadinata)

Potensi Sumber Daya Batu Bara di Indonesia

Harga minyak bumi dunia yang semakin mahal seiring dengan waktu menyebabkan banyak pihak berusaha mengurangi ketergantungan akan minyak bumi dan beralih ke sumber daya batu bara yang potensinya besar di Indonesia. Diperkirakan batu bara masih mencukupi kehidupan dalam jangka waktu 150 tahun ke depan (Anonim, 2008).

Menurut laporan dari Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) potensi sumber daya batu bara adalah sekitar 61,27 milyar ton pada tahun 2005. Sedangkan satu tahun kemudian (2006), jumlah cadangan batu bara yang ditemukan adalah sebesar 90,46 milyar ton. Dari jumlah tersebut, sumber daya batu bara terdiri dari sumber daya hipotetik (hyphotetical) yang merupakan hasil survei tinjau sebesar 17,02 milyar ton, sumber daya tereka (inferred) yang merupakan hasil prospeksi sebesar 33,07 milyar ton, sumber daya tertunjuk (indicated) yang merupakan hasil eksplorasi pendahuluan sebanyak 16,72 milyar ton, dan juga sumber daya terukur (measured) yang merupakan hasil eksplorasi terperinci sebesar 23,64 milyar ton. Sumber daya batu bara terdapat paling besar pada pulau Kalimantan dan Sumatera.

Berikut merupakan keterangan lebih lengkap mengenai kelas sumber daya dan cadangan (AMANDEMEN 1 - SNI 13-5014-1998, 1998) :

1. Sumber Daya Batu bara Hipotetik (Hypothetical Coal Resource) merupakan jumlah batu bara yang berada di daerah penyelidikan / bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data-data yang telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan survei tinjau.
2 Sumber Daya Batu bara Tereka (Inferred Coal Resource) merupakan jumlah batu bara di daerah penyelidikan / bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan prospeksi.
3. Sumber Daya Batu bara Tertunjuk (Indicated Coal Resource) merupakan jumlah batu bara di daerah penyelidikan / bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan
data yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi pendahuluan
4 Sumber Daya Batu bara Terukur (Measured Coal Resoured) merupakan jumlah batu bara di daerah peyelidikan / bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi rinci.

Daftar Pustaka:
1. Anonim. 2008. Indocommercial No. 395 (16 Juli 2008).
2. Anonim. 1998. STANDAR NASIONAL INDONESIA, AMANDEMEN 1 - SNI 13-5014-1998.
3. Anonim. 2003. PT Indonesia Power, UBP. Suralaya.
4. Anonim. 2004. PT Berau Coal.
5. Anonim. 2009. PT Adaro Indonesia.
6. Anonim. 2009. Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral.
7. Suseno, Triswan. 2010. Industri Pemakai Batu Bara di Provinsi Banten .
8. Anam, Ahsonul. 2008. Dimethyl Ether (DME) dari Batubara sebagai Bahan Bakar Gas Alternatif Selain LPG.

Penulis: Ivan Hadinata Rimbualam (@Ivanhadinata)

Jumat, 03 Juni 2011

SEPEDA UNTUK BIDUK-BIDUK, SEBUAH PROYEK PERUBAHAN UNTUK BANGSA

SEPEDA UNTUK BIDUK-BIDUK, SEBUAH PROYEK PERUBAHAN UNTUK BANGSA

Antusiasme terpancar dari mata anak-anak Madrasah Tsanawiyah (MTs) DDI Biduk-Biduk, Berau, Kalimantan Timur saat prosesi penyerahan sepeda dari pihak Young Leaders for Indonesia (YLI) Alumni Community kepada kepala sekolah MTs DDI Biduk-Biduk yang berlangsung pada tanggal 7 Mei 2011. Acara tersebut dihadiri oleh seluruh siswa, guru, komite sekolah, perwakilan dari yayasan serta perwakilan dari pihak Kecamatan Biduk-Biduk.


Gambar 1. Keluarga Besar MTs DDI Biduk-Biduk

Kegiatan amal ini diprakarsai oleh YLI Alumni Community yang merupakan sebuah komunitas yang diprakarsai oleh alumni dari program Young Leaders for Indonesia (YLI). “YLI merupakan program pelatihan kepemimpinan intensif yang diprakarsai oleh McKinsey & Company Jakarta sejak tahun 2008 yang bertujuan untuk mengembangkan pemimpin masa depan Indonesia. Peserta program ini adalah mahasiswa-mahasiswi terbaik dari seluruh Indonesia yang dipilih melalui proses seleksi dengan tujuan mencetak para pemimpin kelas dunia yang mampu membawa perubahan bagi Indonesia. YLI Alumni Community sendiri lahir atas keinginan dari para alumni program YLI untuk melanjutkan pencapaian aspirasi tersebut. Sejauh ini terdapat dua program yang dijalankan oleh YLI Alumni Community, yakni program pengadaan sepeda untuk siswa di Desa Biduk-Biduk dan program kerja sama dengan Nusantara Development Initiatives (NDI) yakni pemberdayaan masyarakat di Pulau Air Raja”, jelas Pradita Astarina, Presiden dari Young Leaders for Indonesia Alumni Community.


“Biduk-Biduk merupakan daerah terpencil di pedalaman Kalimantan, anak-anak disana memiliki passion untuk maju namun APM (Angka Partisipasi Murni) nya masih tergolong rendah karena kendala infrastruktur jalan. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah mendistribusikan sepeda bagi anak-anak di Biduk-Biduk sehingga mereka memiliki fasilitas transportasi gratis dan tidak perlu lagi berjalan sejauh 3-15 km setiap harinya untuk menuju ke sekolah”, ungkap Yola Rossa Bella, Project Leader dari kegiatan ini.


Gambar 2. Sepeda untuk Biduk-Biduk

Saat ini, YLI Alumni Community telah mendistribusikan 15 sepeda yang telah diterima oleh Kepala Sekolah Biduk-Biduk berupa 5 buah sepeda BMx Flame 20” dari UnitedBike serta 10 buah sepeda Phoenix ctb 26 DX hasil donasi dari berbagai elemen masyarakat.
“Terimakasih atas segalanya, semoga Tuhan membalas semua kebaikan teman-teman Young Leaders for Indonesia, semoga tidak bosan membantu sekolah kami yang begitu jauh di utara Indonesia, Jaya Pemimpin muda Indonesia!” ungkap seorang guru di Madrasah tersebut, dari nada suaranya terpancar sebuah optimisme mengenai masa depan Pemimpin Muda Indonesia.


Gambar 3. Young Leaders for Indonesia

Sesuai dengan nama-nya, Young Leaders for Indonesia, organisasi ini bertujuan untuk melahirkan calon-calon pemimpin Bangsa Indonesia yang kelak akan menentukan arah pembangunan negara. Tentunya ini memberikan sebuah oase dan harapan baru ditengah berbagai permasalahan yang melanda masyarakat Indonesia, terlebih lagi bagi yang berada jauh dari hingar bingar ibukota Jakarta. Kita semua berharap YLI Alumni Community bisa memberikan kontribusi secara berkala pada pembangunan bangsa. Mengutip perkataan Pak Agil, “JAYA PEMIMPIN MUDA INDONESIA!”

Kamis, 02 Juni 2011

Aktivitas Saya di Bulan April-Mei 2011












Hall of Fame Pemenang LRPTN XII-2011

1. Pemenang Kategori A (Pemanfaatan Sumber Daya Alam Indonesia Sebagai Upaya Peningkatan Ketahanan Pangan Nasional)

Juara I : Kelompok A12
Judul Rancangan Pabrik : Pabrik Tepung Ganyong
Universitas : Universitas Indonesia
Anggota : Cynthia Herdiana, Hariri, Rahma Muthia

Juara II : Kelompok A24
Judul Rancangan Pabrik : Pabrik Antioksidan dan Multivitamin dari Ekstrak
Petai
Universitas : Universitas Katolik Widya Mandala
Anggota : Angela Fiona Patricia S., Yesi, Alfin Kurniawan

Juara III : Kelompok A04
Judul Rancangan Pabrik : Pabrik Isolasi Pektin Berbahan Baku Kulit Durian
Universitas : Universitas Katolik Parahyangan
Anggota : Christine Meliana, Ester Tania S.P., Friska Gloria M.

2. Pemenang Kategori B (Pengembangan Energi Terbarukan Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Alam Indonesia Sebagai Upaya Peningkatan Ketahanan Energi Nasional)

Juara I : Kelompok B01
Judul Rancangan Pabrik : Pabrik Biodiesel Tanpa Katalis dari Minyak Biji
Nyamplung
Universitas : Institut Teknologi Bandung
Anggota : Carlos Jonathan, Huibert T., Alvin Gunawan

Juara II : Kelompok B15
Judul Rancangan Pabrik : Pabrik Biobutanol dari Tongkol Jagung dengan
Teknologi Gasifikasi Biomassa
Universitas : Institut Teknologi Bandung
Anggota : Eliza Bratadjaja, Michael Enoh Prasetya, Richard

Juara III : Kelompok B06
Judul Rancangan Pabrik : Pabrik Biodiesel Generasi II dengan Teknologi
Plasma
Universitas : Institut Teknologi Bandung
Anggota : Junior Setiawan, Maria Anindita Nauli, Rian A.

3. Pemenang Kategori C / Problem Solving (“Permasalahan Treatment pada Produksi Biodiesel dari Reaktor Esterifikasi menuju Transesterifikasi, PT Ganesa Energy 77”)

Juara I : Kelompok C10
Judul Solusi Problem Solving : Pembuangan Air Secara Kontinu pada Reaktor
Esterifikasi dengan Molecular Sieve
Universitas : Institut Teknologi Bandung
Anggota : Jhonson Jaya, Hendra

Juara II : Kelompok C13
Judul Solusi Problem Solving : Peningkatan Rasio Molar Metanol
Universitas : Institut Teknologi Bandung
Anggota : Muhamad Miftachudin, Julian Harris

Juara III : Kelompok C16
Judul Solusi Problem Solving : Increasing Reactant Ratio and Caustic Washing
Universitas : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Anggota : Muhammad Rizal, Juanmar Mikael

4. Pemenang Special Award, Kontrak Kerja dengan PT Rekayasa Industri, Carlos Jonathan dari ITB.