Ringkasan “Forum ITB – Industri Indonesia 2020 & beyond“
Kamis, 17 Maret 2011 pk. 14:00 - 18:00 di Gedung The Energy lantai 28, SCBD Jakarta.
Oleh : Ivan Hadinata Rimbualam / ITB 2007
A. Ibu Yani Panigoro, selaku Ketua MWA ITB dan Penyelenggara “Forum ITB – Industri Indonesia 2020 & beyond“, memberikan sambutannya kepada para peserta forum ini dan menjelaskan tujuan forum ini secara umum.
Tujuan Forum:
1. ITB Mendengar
2. Memperkuat Kolaborasi ITB-Industri
3. Master Plan ITB 2020
Sesi 1:
B. Pak Martiono Hadianto (CEO Newmont) mempresentasikan mengenai “Link & Match: The Newmont Case”. Beliau mengatakan bahwa visi hebat dan jangka panjang ITB haruslah didukung secara penuh oleh pemerintah Indonesia. Visi dan rencana yang disusun ITB haruslah diketahui dan disejalankan dengan pemerintah Indonesia agar rencana yang dikerjakan ITB tidak sia-sia dan didukung penuh oleh segenap bangsa Indonesia. Kekuatan ITB haruslah sejalan juga dengan dukungan pemerintah Indonesia. Newmont berjanji akan sangat membantu ide-ide inovatif dari ITB.
Beliau menyimpulkan bahwa agar ITB mencapai visinya di 2020 dengan gemilang, maka ITB dan Alumni ITB harus menyesuaikan lingkungan bisnis/kerja, menyelesaikan gap yang terjadi pada kebutuhan perusahaan dan kemampuan universitas/pendidikan tinggi, universitas harus mencari cara unik dan berbeda agar memperkecil gap tersebut, serta upaya perusahaan juga untuk menjembatani gap tersebut.
C. Pak Triharyo Soesilo (Pertamina Persero)/ Pak Hengki
1. Trend Surplus Ekspor Indonesia akan CPO dan Karet naik, namun tidak ada ahli / expertise dari ITB di area ini. “Alumni ITB are in wrong business”. Alumni ITB belum berani merambah dunia oleochemical, padahal area ini menyediakan peluang yang sangat besar dengan data-data ekspor yang terus meningkat.
2. Trend Surplus Ekspor Indonesia akan Bahan Tambang terus naik. Alumni ITB sukses menguasai Bahan Tambang, seperti terdapat CEO ANTAM, CEO Newmont, dll. Namun bahan tambang batubara hanya diekspor saja, tidak dinaikan nilai jualnya terlebih dahulu. Padahal batubara lebih efektif jika diolah terlebih dahulu, seperti dilikuefaksi, digasifikasi, dll sebelum dijual. Nilai jual batubara yang sudah diolah akan lebih tinggi daripada hanya dijual sebagai batubara mentah.
3. Trend Produk Listrik: Indonesia dari pengekspor menjadi pengimpor. Hal ini ironis sekali. Dahulu produk listrik merupakan kebanggaan bangsa Indonesia. Namun sekarang kita harus mengimpor produk listrik.
4. Trend Produk Mekanik: mengalami hal ironis sama dengan Trend Produk Listrik, yaitu Indonesia dari pengekspor menjadi pengimpor.
Pertarungan di masa akan datang adalah perebutan pasar, bukan perebutan SDA lagi karena pasar tidak ada batasnya. Market sebuah bisnis tak ada batasnya, sedangkan SDA telah terkotak-kotak oleh yang namanya negara.
D. Pak Fazwar Bujang (CEO Krakatau Steel) berpedapat bahwa untuk mengembangkan pendidikan di ITB dalam menunjang industri baja nasional perlunya mahasiswa ITB memanfaatkan lebih waktu liburnya/ semester pendek bukan untuk mempercepat waktu kelulusannya, namun menggali pengalaman mahasiswa untuk memperoleh sertifikasi dan pengalaman sebagai bekal untuk profesionalisme/entrepreunership. Hal tersebut dapat diperoleh dengan mencari pengalaman lewat kerja praktek dan mengisi waktu dengan kegiatan-kegiatan yang meningkatkan kreativitas dan kesiapan mahasiswa di masyarakat. Program semester pendek sebaiknya diisi dengan kegiatan-kegiatan untuk pelatihan/pendidikan mempersiapkan agar lulusan ITB siap pakai. ITB juga sebaiknya mengembangkan juga program D3 dan D4. Pendidikan Strata-2 sebaiknya dibagi menjadi 2 jenis yaitu: Scientific dan Aplikatif. ITB juga harus wajib menanamkan budaya integritas yang tinggi dan kemampuan bekerja secara team work.
Sesi 2:
E. Pak Hamid Batubara (CEO Chevron) mengatakan bahwa dibutuhkan alumni dari ITB yang merupakan SDM yang tangguh dalam jangka waktu yang panjang. Tangguh artinya tidak mudah menyerah dan juga dapat bekerja dengan keras, serta dapat bekerjasama dengan sesama yang lain. Chevron mengadakan berbagai program internship yang ditujukkan untuk meningkatkan pengalaman SDM dari mahasiswa ITB.
F. Eden Napitupulu (CEO COGINDO), COGINDO merupakan anak perusahaan dari PLN. Beliau memaparkan tingkat konsumsi energi dunia pada 2015 akan menunjukkan bahwa negara China akan melampaui negara USA. Kebutuhan China akan meningkat secara pesat menuju 2015. Hal ini akan berdampak besar pada penyediaan energi di dunia. Beliau menjelaskan alasan Alumni ITB sekarang lebih sukar beradapatasi saat menghadapi dunia kerja / nyata dibandingkan dengan alumni universitas lain. Beliau juga mengatakan alumni universitas lain lebih bersifat fleksibel, mungkin karena mayoritas berlokasi di Jakarta, Metropolitan Indonesia. Beliau sambil bercanda mengatakan bahwa sebaiknya ITB membangun cabang di dekat kota Jakarta, Metropolitan Indonesia, bukan di daerah-daerah terpencil jauh dari metropolitan yang menyebabkan mahasiswanya kurang fleksibel.
G. Pak Rinaldi Firmansyah (CEO Telkom)
Beliau menjelaskan bahwa menurutnya Alumni ITB kurang “attack”, yaitu kurang berjuang dan terlalu mudah menyerah pada kondisi yang sulit. Alumni ITB kurang memiliki nyali untuk berjuang dan bekerja keras. Kelemahan bahasa inggris sebagai salah satu modal berkompetisi dengan lulusan terbaik dari berbagai universitas luar negeri juga menjadi kelemahan para Alumni ITB. Kekurangan kemampuan bahasa internasional ini merupakan concern yang harus diperjuangkan. Bahasa inggris yang lemah membuat alumni ITB tidak dapat masuk ke top school di dunia karena merupakan syarat utama agar dapat berkompetisi dalam dunia.
Sesi 3:
H. Pak R. J. Lino (CEO Pelabuhan Indonesia II)
Beliau menjelaskan bahwa agar perusahaan Pelindo II sukses maka faktor infrastrukturnya harus juga kuat. Sedangkan infrastruktur di Indonesia untuk menunjang industri pelabuhan dari dahulu sampai sekarang perbaikannya hampir tidak ada yang berarti. Lalu bagaimana perusahaan pelabuhan dapat bersaing dengan kondisi tantangan ini. Beliau juga mengatakan lulusan berbagai universitas tidak memiliki pengalaman dalam dunia industri pelabuhan.
I. Pak Bambang (CEO Tempo)
Beliau menekankan janganlah kita sebagai Alumni ITB membiarkan berbagai penyelewengan terjadi di sekitar kita, kita harus menggalang kekuatan bersama satu Alumni ITB untuk menaikan nyali, keberanian dan ketangguhan kita, serta nilai integritas kita dalam melawan segala ketidak benaran agar semua hal yang menyeleweng dapat ditindak tegas. Beliau menjelaskan janganlah kita terlalu sering menyalahkan pemerintah Indonesia, namun kita harus berjuang membantu pemerintahan dan tidak terlalu bergantung kepada pemerintah. Kita harus berjuang hal – hal yang dapat kita perjuangkan demi bangsa ini sebagai satu Alumni ITB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar