I am still 22 years old. Graduated from Chemical Engineering ITB. Part of @yli_ac. Struggling to be a Supply Chain Specialist in a Multinational FMCG Company. Twitter: @Ivanhadinata; Linkedin: http://id.linkedin.com/pub/ivan-hadinata-rimbualam/37/b26/58a
Senin, 30 Agustus 2010
Penyambutan PDTK 2010
Berikut diadakan kembali acara tahunan rutin Persekutuan Doa Teknik Kimia (PDTK) ITB yaitu acara penyambutan bagi keluarga baru PDTK yaitu Teknik Kimia angkatan 2009.
Semoga penyambutan PDTK 2009 berkesan dan bermakna. Semoga keluarga baru ini saling mengisi, menguatkan dan semakin membangun PDTK dalam Kristus :)
Amin. GBU all
Ivan
Sabtu, 28 Agustus 2010
Pengolahan Gas Alam Cair (LNG)
Pengolahan Gas Alam Cair
(LNG)
Proses Pengolahan Gas Alam Cair
Penukar panas (Heat exchanger) merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk memindahkan sejumlah energi panas antara dua atau lebih fluida yang berbeda suhunya. Secara umum fluida tersebut dipisah oleh suatu dinding atau sekat sehingga terjadi perpindahan panas secara konveksi dari sisi masing-masing fluida dan konduksi pada dinding. Klasifikasi dari alat penukar kalor tersebut dibedakan menjadi arah aliran, tipe konstruksi, dan proses perpindahan. Berdasarkan arah aliran relatif kedua fluida dibedakan menjadi pararel flow, counter flow, cross flow, dan gabungan dua atau tiga pola aliran tersebut. Heat exchanger berdasar tipe konstruksi dibedakan menjadi tubes, plates, dan extended surface atau compact sedang menurut proses perpindahannya dikelompokkan direct dan indirect contact. Dalam proses pengolahan gas alam cair (Liquid Natural Gas, LNG) Heat exchanger banyak digunakan untuk proses-proses refrigerasi. Proses pendinginan gas alam menjadi gas alam cair (LNG) terdiri dari beberapa tahap.
Berikut adalah proses yang terjadi di PT Badak NGL Bontang.
PLANT 1 - GAS PURIFICATION
Proses di Plant 1 adalah pemurnian gas dengan pemisahan kandungan CO2 (Carbon Dioksida) dari gas alam. Kandungan CO2 tersebut harus dipisahkan agar tidak mengganggu proses selanjutnya. Pemisahan CO2 dilakukan dengan proses absorbsi larutan Mono Ethanol Amine (MEA), yang sekarang diganti dengan Methyl De Ethanol Amine (MDEA) produksi Ucarsol. Proses ini dapat mengurangi CO2 sampai di bawah 50 ppm dari aliran gas alam. Batas maksimum kandungan CO2 pada proses selanjutnya adalah 50 ppm.
PLANT 2 - GAS DEHYDRATION AND MERCURY REMOVAL
Selain CO2, gas alam juga mengandung uap air (H2O) dan Mercury (Hg) yang akan menghambat proses pencairan pada suhu rendah. Pada Plant 2, kandungan H2O dan Hg dipisahkan dari gas alam. Kandungan H2O pada gas alam tersebut akan menjadi padat dan akan menghambat pada proses pendinginan gas alam selanjutnya. Pemisahan kandungan H2O (Gas Dehydration) dilakukan dengan cara absorbsi menggunakan molecullar sieve hingga kandungan H2O maksimum 0,5 ppm. Kandungan mercury (Hg) pada gas alam tersebut jika terkena peralatan yang terbuat dari aluminium akan terbentuk amalgam. Sedangkan tube pada Main Heat Exchanger 5E-1 yang merupakan alat pendingin dan pencairan utama untuk memproduksi LNG adalah terbuat dari aluminium. Pemisahan kandungan Hg (Mercury Removal) dilakukan dengan cara absorbsi senyawa belerang menggunakan molecullar sieve hingga kandungan Hg maksimum 0,1 ppm.
PLANT 3 – FRACTINATION
Sebelum gas alam didinginkan dan dicairkan pada Main Heat Exchanger 5E-1 pada suhu yang sangat rendah hingga menjadi LNG, proses pemisahan (fractination) gas alam dari fraksi-fraksi berat (C2, C3, C4, dst) perlu dilakukan. Proses fraksinasi tersebut dilakukan di Plant 3. Pemisahan gas alam dari fraksi beratnya dilakukan pada Scrub Column 3C-1. Setelah dipisahkan dari fraksi beratnya, gas alam didinginkan terlebih dahulu hingga temperatur sekitar -50°C dan selanjutnya diproses di Plant 5 untuk didinginkan lebih lanjut dan dicairkan. Sedangkan fraksi beratnya dipisahkan lagi sesuai dengan titik didihnya dengan beberapa alat (Deethanizer, Deprophanizer dan Debuthanizer) untuk mendapatkan prophane, buthane dan condensate.
PLANT 4 – REFRIGERATION
Selain penurunan tekanan, proses pencairan gas alam dilakukan dengan menggunakan sistem pendingin bertingkat. Bahan pendingin yang digunakan: Propane dan Multi Component Refrigerant (MCR). MCR adalah campuran Nitrogen, Methane, Ethane, Prophane dan Buthane yang digunakan untuk pendinginan akhir dalam proses pembuatanLNG. Plant 4 menyediakan pendingin Prophane dan MCR. Baik prophane maupun MCR sebagai pendingin diperoleh dari hasil sampingan pengolahan LNG.
A. Siklus Pendingin Prophane
Cairan prophane akan berubah fase menjadi gas prophane setelah temperaturnya naik karena dipakai mendinginkan gas alam maupun MCR. Sesuai dengan kebutuhan pendinginan bertingkat pada proses pengolahan LNG, kondisi cairan prophane yang dipakai pendinginan ada 3 tingkat untuk MCR dan 3 tingkat untuk gas alam. Gas prophane setelah dipakai untuk pendinginan dikompresikan oleh Prophane Recycle Compresor 4K-1 untuk menaikkan tekanannya, kemudian didinginkan oleh air laut, dan selanjutnya dicairkan dengan cara penurunan tekanan. Inti dari proses refrigerasi ini adalah digunakan untuk mendinginkan gas umpan sebelum masuk ke sistem refrigerasi MCR. Kandungan prophane yang digunakan yaitu lebih dari 99%.
B. Siklus Pendingin MCR
Cairan MCR berubah fase menjadi gas MCR dengan kenaikan temperatur karena dipakai pendinginan gas alam pada Main Heat Exchanger 5E-1. Gas MCR tersebut dikompresikan secara seri oleh MCR First Stage Compresor 4K-2 dan MCR Second Stage Compressor 4K-3 untuk menaikkan tekanannya. Pendinginan dengan air laut dilakukan pada interstage 4K-2 dan 4K-3 serta pada discharge 4K-3. Dalam proses ini, terjadi kompresi 2 tahap yang bertujuan untuk mendinginkan gas umpan hasil pendinginan refrigerasi prophane, untuk menghasilkan produk LNG pada unit pencairan. Komposisi refrigerasi MCR (dalam persen mol) yaitu :
- NITROGEN : 3% - ETANA : 50%
- METANA : 45% - PROPANA : 2%
PLANT 5 – LIQUEFACTION
Pada Plant 5 dilakukan pendinginan dan pencairan gas alam setelah gas alam mengalami pemurnian dari CO2, pengeringan dari kandungan H2O, pemisahan Hg serta pemisahan dari fraksi beratnya dan pendinginan bertahap oleh prophane. Gas alam menjadi cair setelah keluar dari Main Heat Exchanger 5E-1 dan peralatan lainnya selanjutnya ditransfer ke storage tank.
Proses Refrigerasi Propane pada Plant 4
Propane yang telah dikompresi pada Propane Compressor 4K-1 akan diturunkan temperaturnya dari temperatur superheated menjadi temperatur saturated pada Propane Desuperheater 4E-1 dengan perpindahan panas melalui air laut sebagai fluida pendingin dan kemudian dikondensasi menjadi fase saturated liquid pada Propane Condenser 4E-2. Propane cair mengalir ke Propane Accumulator 4C-1 pada temperatur sekitar 37oC dan tekanan 13.4 kg/cm2. Propane Vent Scrubber 4C-6 dan Propane Vent Condenser 4E-3 dipasang pada bagian atas akumulator untuk meminimalkan losses propane selama proses penghilangan komponen yang tidak dapat dikondensasi pada sistem propane.
Berikut ditampilkan diagram alir unit siklus refrigerasi propana pada PT Badak:
Sumber pustaka :
http://staff.ui.ac.id/internal/131803508/material/LNG.ppt.
digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-6870-2104100022-Bab1.pdf
Selasa, 03 Agustus 2010
Create Indonesia as an Eco Country in 2014
By : Ivan Hadinata Rimbualam
Recently, environmental issues have become one of the hot topics discussed by the society in many countries. Universities as educational institutions have to play an important role as the center of excellence with three main roles: education, research and community development to conribute real solutions to these environmental problems. One of the best solutions is to realize the Eco Campus movement toward university which concerns about environmental issue. By definition of ITB Eco Campus student team, Eco Campus is a university that has a sustainable environmental management system to create ITB as an environmental friendly towards university which concerns about environmental issue. In 2014, ITB was expected to implement environmental friendly culture and become a role model department in ITB and inspire other universities in Indonesia in an green lifestyle.
Eco Chemical Engineering, as part of ITB Eco Campus movement, focussed on Chemical Engineering department, was formed on February 6th, 2010. Main objectives for Eco Chemical Engineering team is to start an environmental friendly culture among academicians of Chemical Engineering ITB, in order to be able to implement a sustainable environmental management system by minimizing the waste volume production regularly and improve waste management in Chemical Engineering department. Until now, Eco Chemical Engineering have minimized the waste production by providing facilities from 100 glasses to HIMATEK (Chemical Engineering Student Association) program, spreading the using of 40 antiplastic bags, providing 4 aseptic bins, and giving encouragement for the implementation of Green Event standards of procedure (SOP) in HIMATEK’s event
The main vision of Eco Chemical Engineering team at the end of 2010 is the availability of supporting facilities for separating waste and the socialization of mechanism for waste disposal distribution chain in Labtek X, Chemical Engineering, ITB. In addition, Eco Chemical Engineering has another purpose. It is to improve the environmental friendly culture socialization in Chemical Engineering, reduce daily paper waste production by 50% from academic reports with using paper on two sides concept, reducing 60% volume waste production from HIMATEK’s events, give education for separating of waste to the Chemical Engineering ITB new students, and develop environmental friendly building concepts ITB Eco Campus. The long-term vision for Eco Chemical Engineering is to make Chemical Engineering deparrment in ITB as an Eco department in ITB and encourage another departments and other universities to conduct similar efforts for realizing the big dream of creating Indonesia as an Eco Country in 2014
Key words : Eco Chemical Engineering, ITB Eco Campus, environmental friendly
Lingkungan pada 2014
Oleh : Ivan Hadinata Rimbualam
Beberapa tahun terakhir ini, isu lingkungan telah menjadi salah satu topik hangat yang diperbincangkan oleh masyarakat di banyak negara. Universitas sebagai institusi pendidikan tentunya memegang peranan yang penting sebagai center of excellence dengan tiga peran utamanya yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat untuk memberikan solusi nyata terhadap permasalahan lingkungan tersebut. Salah satunya adalah dengan mewujudkan gerakan Eco Campus menuju universitas yang berwawasan lingkungan. Sesuai definisi tim mahasiswa ITB Eco Campus, Eco Campus merupakan universitas yang memiliki sistem manajemen lingkungan yang berkelanjutan untuk mewujudkan ITB sebagai kampus yang berwawasan lingkungan. Pada tahun 2014, civitas akademik ITB diharapkan mampu menerapkan budaya peduli lingkungan dan menjadi teladan dan inspirasi bagi universitas lainnya di Indonesia dalam gaya hidup yang berwawasan lingkungan.
Eco Chemical Engineering sebagai bagian dalam gerakan ITB Eco Campus dalam lingkup Teknik Kimia ITB, lahir pada tanggal 6 Februari 2010. Tujuan utama Eco Chemical Engineering adalah memulai budaya peduli lingkungan bagi civitas akademika Teknik Kimia ITB agar mampu menerapkan pengelolaan program studi di ITB yang berwawasan lingkungan dengan meminimalkan volum sampah secara berkala dan meningkatkan pengelolaan sampah di Teknik Kimia ITB. Sampai saat ini, Eco Chemical Engineering meminimalkan produksi sampah dengan memberikan fasilitas 100 gelas kepada HIMATEK (Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia), menyebarkan penggunaan 40 tas antiplastik, menyediakan 4 tempat sampah aseptik, dan mendorong terlaksananya standar of procedure Green Event pada kegiatan HIMATEK.
Visi utama tim Eco Chemical Engineering pada akhir tahun 2010 yaitu tersedianya fasilitas pendukung pemilahan sampah dan sosialisasi jalur distribusi sampah di Labtek X, Teknik Kimia ITB. Selain itu, Eco Chemical Engineering punya tujuan lain yaitu semakin meningkatkan sosialisasi lingkungan di Teknik Kimia, mengurangi sampah laporan akademik sebesar 50% dengan konsep kertas bolak balik, mengurangi sampah pada kegiatan HIMATEK sebesar 60% volume dari jumlah sampah rata-rata sekarang, melakukan pendidikan pemilahan sampah kepada mahasiswa baru Teknik Kimia ITB, dan mengembangkan konsep gedung ramah lingkungan ITB Eco Campus. Visi jangka panjang Eco Chemical Engineering adalah menjadikan Teknik Kimia ITB sebagai program studi yang berwawasan lingkungan dan mendorong berbagai program studi lainnya dan universitas lainnya untuk melakukan upaya yang sama dalam mewujudkan mimpi besar yaitu Indonesia sebagai negara berwawasan lingkungan pada 2014.
Kata kunci : Eco Chemical Engineering, ITB Eco Campus, berwawasan lingkungan
You can read this article too in http://futureyoungleaders.blogspot.com/