Jumat, 30 Mei 2008

Pengabdian Masyarakat DEWI SRI PM 2008


Dikutip dari : 
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0712/04/Sosok/3976131.htm

Menanam padi tak selalu harus di sawah. Di rumah pun bisa karena kini padi
dapat ditanam di pot. Hasilnya pun bisa berlipat ganda dibandingkan dengan
penanaman di lahan sawah yang menggunakan metode konvensional.

Dosen Departemen Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung (ITB), Mubiar
Purwasasmita (56), berhasil menjelaskan teknologi pertanian tersebut dengan
penelitian yang menghasilkan padi SRI atau system of rice intensification.
Inti dari SRI adalah intensifikasi proses yang merupakan sumbangan teknologi
kimia terhadap pertanian.

Ditemui di laboratorium Teknik Kimia ITB, ia bercerita, teknologi
intensifikasi proses bermula dari pertemuan dia dengan seorang penyuluh dari
Ciamis bernama Alik Sutaryat yang mencoba menggunakan kompos untuk menanam
padi. Bahkan, Alik sudah mencoba menanam padi di dalam pot.

Metode tersebut menghasilkan gabah tiga kali lebih banyak dari penanaman
konvensional di sawah yang digenangi air. Metode konvensional menghasilkan 4
ton gabah per hektar. Akan tetapi, dengan penanaman yang diberi kompos
mencapai hasil 12 ton gabah per hektar.

Pada saat itu belum ditemukan penjelasan mengapa kompos bisa memicu
produktivitas lebih banyak. Selepas bertemu Alik tahun 2005, Mubiar
penasaran dan segera melakukan penelitian untuk mengetahui keunggulan
kompos.

"Saya mencoba meneliti tiga wadah. Yang pertama diisi tanah saja, wadah
kedua berisi campuran tanah dan pupuk kandang, wadah ketiga berisi campuran
tanah dan kompos. Lalu tiga wadah itu diguyur air. Hasilnya, pada wadah
pertama dan kedua air keluar dari lubang wadah, sedangkan pada wadah ketiga
air tersimpan, tak ada yang terbuang lewat lubang," katanya.

Hal itu menunjukkan kompos mampu menangkap air. Dari penelitian, Mubiar juga
menemukan, kompos memiliki ruang bebas yang mampu melewatkan udara. Air dan
udara dibutuhkan mikroba dalam tanah. Mikroba merupakan bioreaktor untuk
membantu produksi nutrisi bagi tanaman. Itu menunjukkan kompos merupakan
padatan utama yang dibutuhkan tanaman.

Jangan digenangi air
Di alam, hutan adalah penghasil udara, air, dan kompos alami. Itu sebabnya,
menurut Mubiar, sebaiknya 25 persen dari lahan sawah dihutankan agar
kebutuhan udara, air, dan kompos atau humus bagi padi secara alami dapat
dipasok.

Penanaman yang baik adalah benih padi pada usia 10 hari segera dipindahkan
ke pot atau sawah karena pada usia 12 hari benih akan menghasilkan buku
pertama. Buku pertama itu akan menghasilkan 65 persen anakan. Pada
penanaman, benih jangan terlalu ditekan dalam-dalam, cukup dibenamkan hingga
berbentuk seperti huruf L. Ini untuk membuat pertumbuhan akarnya maksimal.

Aturan lainnya, "Padi jangan digenangi air karena padi bukanlah tanaman
air," ucapnya. Jika digenangi air, oksigen tak bisa menembus akar. Akar pun
tak dapat menghasilkan nutrisi yang dibutuhkan tanaman.

Karena tak dapat masuk akar, oksigen masuk ke pori-pori daun lalu menembus
akar. Ini menyebabkan jaringan akar rusak. Akibatnya, pesan dari tanaman
mengenai kebutuhan makanan yang diperlukan tak dapat dipenuhi tanah di
sekitar akar sebagai pabrik makanan bagi tanaman.
"Perlu diingat, tanaman juga berkomunikasi dengan tanah, caranya dengan
mengeluarkan cairan tertentu. Cairan itu mengirimkan pesan pada tanah.
Tetapi, pada tanaman yang diberi bahan-bahan kimia seperti pestisida, cairan
itu tak dapat diproduksi dan komunikasi tanaman dengan tanah juga terputus,"
tuturnya.

Menanam di rumah
Kebutuhan makan orang dewasa per tiga bulan sekitar 7,5 kilogram beras.
Untuk menghasilkan padi sebanyak itu diperlukan 25 pot berdiameter 40 cm x
40 cm. Dalam tiga bulan, padi bisa dipanen hanya dengan memerhatikan
komposnya, tanpa perawatan njelimet.
Satu pot biasa berisi satu rumpun. Satu rumpun padi dengan metode
konvensional menghasilkan sekitar 30 anakan dari 10-30 bibit yang ditanam.
Namun, dengan metode SRI, satu bibit padi dalam satu pot bisa menghasilkan
hingga 70 anakan.

Jika petani konvensional membutuhkan 30-40 kg bibit padi untuk satu hektar,
dengan SRI hanya dibutuhkan sekitar 5 kg.

Dengan penanaman padi di pot diharapkan masyarakat tak terlalu bergantung
pada lahan luas seperti sawah. "Orang pun bisa menanamnya dengan cara
menggantung pot jika betul-betul tak ada lahan untuk meletakkan pot,"
ujarnya.

Mubiar dan kawan-kawan di Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar
Sunda (DPKLTS) telah melatih ratusan petani di berbagai provinsi. Kini,
2.500 hektar lahan ditanami padi SRI.

Teknologi pemrosesan baru dengan kompos itu bisa diterapkan tak hanya untuk
padi, tetapi juga tanaman lain, seperti stroberi, tomat, dan cabai. Kalau 1
kilogram tomat dihargai di bawah Rp 5.000, dengan menjual satu pohon tomat
yang berbuah lebat dalam pot harganya bisa mencapai Rp 25.000.

Jejak ayah
Sejak kecil Mubiar tertarik pada pertanian. Dulu dia ingin menjadi insinyur
pertanian, tetapi saudaranya mengatakan bahwa dunia pertanian bisa
dipelajari dalam Teknik Kimia. Ia mengikuti saran itu, lalu kuliah Teknik
Kimia ITB dan lulus tahun 1975.

Ia sempat bekerja di perusahaan keramik, dan pada tahun 1978 kembali ke
almamater sebagai dosen. Ia juga mengajar di Fakultas Psikologi Universitas
Padjadjaran untuk materi Teknologi dan Psikologi.

"Ayah saya punya 10 anak, tetapi ia bisa menghidupi kami dari pertanian di
sekitar halaman. Kami menanam sayur, padi, serta beternak ayam dan kelinci,"
ujarnya.

Mubiar mengenang, dulu setiap hari dia melihat ayahnya memasukkan sampah
dedaunan ke dalam lubang di halaman. Pada malam hari ayahnya mengumpulkan
air kencing dalam pispot dan paginya disiramkan ke lubang. Rupanya itu
dilakukan untuk menghasilkan kompos. Kini, dengan istrinya, Mintarsih,
Mubiar juga rajin bertanam.

Zodiak ke-13


Seperti pemberitaan yang sudah-sudah zodiak kita berubah. Sekarang zodiak yang ada sudah ada 13. Ada 1 tambahan zodiak baru (yang sebenarnya tidak baru2 amat) tapi kita jarang mengetahuinya. Yaitu namanya Ophiuchus , dilambangkan sebagai pawang ular yang memegang 2 ular. Ternyata rasi bintang itu gak cuma untuk zodiak. Rasi bintang sesungguhnya ada 88, dan untuk zodiak yah cuma 13 itu.

Menurut Dosen Departemen Astronomi, FMIPA, Institut Teknologi Bandung (ITB), Taufiq Hidayat, yang dikutip dari Republika, perubahan rasi bintang tersebut tidak mendadak. Sedikit demi sedikit terjadi perubahan akibat perubahan rotasi bumi dan sistem koordinat mempengaruhi perubahan. Kalender astronomi direvisi setiap 50 tahun untuk penelitian komprehensif. Walaupun diakuinya, pergeseran dalam 50 tahun tidak terlalu terlihat. Pergeseran tersebut akan terlihat setelah ribuan tahun. Bumi mengelilingi matahari dalam orbit yang hampir berbentuk lingkaran yang dilatarberlakangi oleh bintang-bintang. Bumi sendiri membutuhkan waktu satu tahun sekali untuk mengorbit matahari. Sedangkan zodiak merupakan rasi-rasi yang dilewati matahari setiap tahun. Letak rasi zodiak berada di ekliptika yakni lintasan semu matahari di langit. Dari sudut pandang heliosentrik, gerak semu ini tidak lain menguraikan gerak bumi mengelilingi matahari. Selain itu, rasi zodiak berada satu bidang dengan orbit bumi.

Akibatnya mungkin saja kita yang berzodiak aqurius berubah jadi capricorn atau lainnya..selain itu patokan tanggal/kalendar juga berubah...

Jadi mulai sekarang sebaiknya anda tahu bahwa zodiak kita sekarang ada 13 bukan 12 lagi.

Persiapan Astronomi Club
















Informasi Olimpiade Astronomy


Informasi tentang Sains Club Astronomy SMAK 1

Sejarah SMAK 1 AstroKlub

Mulai ada sejak tahun ajaran 2004-2005 , tapi belum resmi

Mulai ada kegiatan resmi tahun ajaran 2005-2006

Diadakan mulai jam 8.00 – 10.00 di ruang kelas

Dibimbing oleh Pak Joshua Untung dan Siswa Senior Pemenang OSN Astronomy.

Diberikan materi-materi mahasiswa Universitas ITB Astronomi S1

Kegiatan Astronomi Club

Mempersiapkan siswa-siswi SMAK 1 BPK PENABUR untuk siap mengikuti olimpiade tingkat nasional dan internasional

Mengembangkan ilmu astronomi yang mulai menjadi ilmu populer modern

Mengembangkan hobi astronomi

Pelajaran2nya seperti ada Astrofisika , Astronomy Bola , Vektor , Mekanika Benda Langit , rasi-rasi Bintang , teleskop , kosmologi , tata surya , galaxy dan lain-lain tentang ilmu populer alam semesta.

Anggota Tahun 2004-2005

Pak Joshua Untung , guru pembimbing

Hans Gunawan Rimbualam

Isabella

Ivan Hadinata Rimbualam

Anita Lestari

Suria

Wilson Yumadi

Anggota Tahun 2005-2006

Pak Joshua Untung , guru pembimbing

Hans Gunawan

Isabella

Ivan Hadinata Rimbualam

Ari

Albert Hartanto

Angelithin

Janet Lilian

Cynthia Krisanti

Irene

Michelle Marcella

Siera Tamihardja

Devi Delicia


Rekor Medali untuk Olimpiade Astronomi SMAK 1 :

OSN 2004 di Bandung : 1 emas dan 1 perak

OSN 2005 di Jakarta : 1 emas, 1 perak dan 2perunggu

OSN 2006 di Semarang : 1 absolute winner, 1 emas , dan 1 perunggu

  • IAO 2005 di Beijing, China : 1 perak

IAO 2006 di Mumbay,India, 1 perak

Pra-IOAA(TAO) 2006 : I perak

APAO 2006 di Vladivostok Rusia : 1 perunggu

  • OSN 2007 di Surabaya : 1 emas, 2 perak, 2perunggu


Bermula dari banyak prestasi anak2 Astronomi Club SMAK 1 , sekarang club ini telah menjadi Sains Centre di Jakarta. Saya senang mendengar ini. Perkembangannya semakin bagus. Club ini memberi contoh yg baik ke semua sekolah SMA di Jakarta. Sekarang pemenang OSN 2007 semakin banyak buktinya. Sekarang OSN 2008 semakin dekat di Makassar.Semoga Club ini siap bertanding. Selainitu kemarin saya mendengar bahwa anak club ini mewakili 2 calon tim internasional Astronomi Indonesia dalam IOAA(Internasional Olympiad of Astronomy and Astrophysics) yang diadakan di Indonesia nanti bulan Agustus. Saya sangat berharap mereka bisa menang di ajang Olimpiade dan seleksi nantinya. Dalam liburan ini saya akan berpartisipasi dalam kembali terjun ke astronomi kembali.

Tetapi ada satu masalahnya, club ini yang saya dengar kehilangan sosok yang care dgn keberadaan club. Ketika saya diajak melatih kembali astronomi Club di liburan ini untuk mempersiapkan materi untuk tim astronomi Jakarta terutama SMAK 1 saya sangat senang sekali. Semoga saya berharap muncul bibit baru yang berkualitas dan mampu mengharumkan nama Indonesia di mata dunia nantinya.

Persiapan menuju Pengabdian Masyarakat HIMATEK 2008 DEWI SRI


Mahasiswa Teknik Kimia ITB tahun ini akan mengadakan Pengabdian Masyarakat 2008. Apa yang akan kami lakukan? Kami akan mengadakan pelatihan penanaman padi dengan metode Padi SRI di daerah Ciparay. Sudah pernah dengarkah anda apa itu metode padi SRI. SRI adalah (System of Rice Intensification)Kami akan didampingi oleh salah satu dosen Teknik Kimia ITB yaitu Dr. Mubiar Purwasasmita. Beliau adalah pakar teknologi proses dan pemerhati lingkungan di Jawa Barat telah memberikan komitmennya untuk turut serta membantu pelatihan ini. Beliau telah berhasil menerapkan metode SRI di berbagai daerah di Indonesia.

Pelatihan tahap pertama proses ini adalah pembelajaran kepada masyarakat bagaimana menyiapkan kompos dari sampah organik yang dibutuhkan dalam SRI. Sejalan dengan hal itu, pelatihan SRI akan dilakukan. Deskripsi kegiatan yang akan kami lakukan yaitu terdapat kegiatan pengadaan taman bacaan untuk anak kecil sebagai sarana pendidikan informal di daerah tersebut. Lalu pelatihan pembuatan kompos dan mol , serta pengantar pengenalan metode penanaman dengan metode SRI. Kami juga akan mengadakan acara kebersamaan seperti olahraga bersama, pentas seni, nonton bersama serta lomba masak dan terdapat berbagai kegiatan lainnya.

Kami berharap dengan kegiatan ini, kami semua dapat membantu masyarakat di daerah Ciparay dengan ilmu yang kami dapatkan di kampus. Semoga kegiatan ini sukses sampai hari H nya nanti.


Kontroversi Bioetanol

Akhir-akhir ini terdapat kontroversi pemakaian energi alternatif bioetanol. Beberapa orang berpendapat bahwa bietanol akan memperparah pemanasan global bumi kita. Sebagian ahli ekonomi, ilmuwan dan ahli lingkungan justru memperingatkan, produksi etanol besar-besaran sebagai pengganti minyak bumi dan batu bara memperparah dampakpemanasan global (global warming) di masa mendatang. Penggunaan bahan bakar alternatif biofuel, tidak menjamin penyelamatan lingkungan dan menekan pengaruh perubahan iklim Apakah ini benar ?

Bahan bakar nabati (biofuel) adalah bahan bakar yang mampu menyerap karbondioksida sebagai penyebab tingginya efek rumah kaca. Bahan bakar ini pun dinyatakan sebagai bahan bakar ramah lingkungan yang bisa menggantikan bahan bakar fosil.Tapi sebuah penelitian mempublikasikan bahwa gas yang dihasilkan biofuel justru mampu disimpan dan berdampak pada efek rumah kaca. Hal ini muncul karena disinyalir pupuk yang dipakai oleh petani bisa berdampak pada tanaman yang digunakan sebagai bahan baku biofuel.

Menurut saya, latar belakang munculnya banyak dampak negative bietanol ke lingkungan merupakan kesalahan dari sumber daya manusia pengolah bioetanol ini. Kita bisa menganalisa bahwa dengan menggunakan bietanol lebih ramah lingkungan daripada bahan bakar fosil. Mula-mula kita menanam bahan baku bietanol, tumbuhan baku bioetanol ini akan menyerap CO2 di udara. Lalu saat bioetanol digunakan maka memang akan menghasilkan CO2 tetapi perhatikanlah secara matematis perhitungan karbon dari tanaman biofuel adalah nol karena saat ditanam tanaman itu menarik karbondioksida (CO2), sedangkan saat digunakan, biofuel mengemisikan CO2.Ketika kita menggunakan bahan bakar fosil, kita hanya akan menambah materi CO2 ke atomsfer kita, sedangkan dengan bietanol akan terbentuk siklus CO2. Sehingga tidak menambah materi CO2 ke atmosfer kita.

Masalah penggunaan pupuk yang salah oleh petani yang dapat berdampak pada efek rumah kaca kita dapat melakukan pembenahan dengan cara penyuluhan yang tepat agar petani menggunakan pupuk yang tepat. Yang saya amati petani Indonesia sering melakukan hal yang salah dalam bercocok tanam, misalnya untuk menanam tanaman baku bioetanol. Petani sering merendam tanahnya saat bercocok tanam. Padahal ini yang menyebabkan CH4 pada pupuk dapat lepas ke atmosfer dan menjadi gas efek rumah kaca. Penggunaan pupuk yang lebih ramah lingkungan juga merupakan solusi yang tepat. Dengan pupuk kompos kita akan semakin mengurangi efek rumah kaca. Metode ini akan lebih mengurangi materi gas rumah kaca di atmosfer kita sehingga lebih ramah lingkungan.

Walaupun penggunaan bioetanol mengalami banyak kontroversi,tetapi menurut saya bioetanol masih lebih baik daripada bahan bakar fosil. Masalah apakah ada teknologi yang akan lebih baik lagi , itu menjadi tantangan kita semua untuk mencari dan mengembangkannya. Untuk masa sekarang bioetanol merupakan teknologi terbaik bagi saya. Selain itu diusahakan agar bahan baku bioetanol berasal dari tanaman bukan pangan agar harga bahan bakunya tidak bersaing dengan harga pangan yang sekarang ini sedang menaik terus-terusan. Perlu pengelolaan yang lebih baik lagi dalam penggunaan teknologi bietanol. Marilah kita berupaya menyempurnakan setiap teknologi yang ada agar kita mempunyai energi pengganti yang paling tepat di masa akan datang. (Oleh: Ivan Hadinata Rimbualam )

HIMATEK FOR CIKAPUNDUNG

Air merupakan unsur utama bagi hidup kita di planet ini. Kita mampu bertahan hidup tanpa makan dalam beberapa minggu, namun tanpa air kita akan mati dalam beberapa hari saja. Dalam bidang kehidupan ekonomi modern kita, air juga merupakan hal utama untuk budidaya pertanian, industri, pembangkit tenaga listrik, dan transportasi. Namun kita dapat melihat daerah-daerah di sekitar Bandung penuh dengan daerah yang langka akan ketersediaan air bersih. Masalah air bersih telah menjadi masalah yang besar di kota-kota besar di Indonesia. Oleh karena itu sudah seharusnya kita mulai mencari alternatif solusi ataupun teknologi yang dapat mengolah air yang kotor menjadi air yang bersih.

Kondisi Sungai Cikapundung, salah satu sungai terbesar dan tersibuk di Jawa Barat, tampak sangat kotor dengan bau yang menusuk hidung. Padahal Sungai Cikapundung adalah salah satu maskot kota Bandung. Kok, bisa sangat kotor dan tercemar? Sanitasi lingkungan yang demikian buruknya, tentu saja selain tidak nyaman sebagai lingkungan tempat tinggal juga potensial untuk mendatangkan berbagai penyakit, seperti diare, demam berdarah, typhus, TBC, dan lain-lain. Terutama pada musim hujan. Warga sudah terbiasa dengan luapan air sungai yang menggenangi rumah mereka setiap musim hujan. Padahal air tersebut sudah tercemar oleh air buangan, kadang-kadang juga membawa sampah. Pada musim kemarau keadaan tidak lebih baik. Karena kecilnya debit air yang mengalir, sampah jadi tertahan di badan sungai, akibatnya banyak nyamuk, lalat, dan tercium bau busuk.

Ketersediaan air bersih di kawasan sekitar sungai Cikapundung dekat Sabuga ITB sekarang sudah terjamin. Ini berkat usaha dari mahasiswa HIMATEK (Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia) ITB dalam melakukan reklamasi air di daerah tersebut. HIMATEK ITB mengusahakan pengadaan membran untuk mendapatkan air bersih dari Sungai Cikapundung. Dengan menggunakan pompa, air dari sungai Cikapundung yang kotor dialirkan ke membran untuk disaring lalu air yang sudah bersih dikumpulkan di bak penampungan. Dari sana masyarakat sekitar dapat menggunakan air bersih hasil pengolahan dengan membran.

Teknologi pengolahan air yang berkembang sangat cepat, telah mengubah paradigma hidup masyarakat di zaman modern. Sekarang terdapat banyak teknologi pengolahan air untuk memperoleh air bersih. Salah satunya dengan teknologi membran yang digunakan oleh mahasiswa HIMATEK ITB. Teknologi membran berdasarkan pada pemisahan zat yang menitikberatkan bukan pada titik didih senyawa, tapi berdasarkan diameter/ukuran dari masing-masing molekul yang dipisahkan. Membrane separation yaitu suatu teknik pemisahan campuran 2 atau lebih komponen tanpa menggunakan panas. Komponen-komponen akan terpisah berdasarkan ukuran dan bentuknya, dengan bantuan tekanan dan selaput semi-permeable.

Kegiatan mahasiswa HIMATEK ITB dalam kegiatan HIMATEK FOR CIKAPUNDUNG meliputi melakukan pengadaan membran beserta pompa, melakukan penyuluhan sampah ke ibu-ibu dan games pendidikan sampah dengan anak-anak di daerah tersebut. Selain itu mahasiswa HIMATEK juga menyediakan bahan-bahan material untuk membuat bak penampungan air bersih dan membantu membuat bak penampungan air bersih serta pemasangan membran dan pompa penyedot air. Mahasiswa HIMATEK berharap kegiatan ini dapat mencakup semua lapisan di daerah ini. Oleh karena itu kegiatan ini melibatkan masyarakat mulai dari para pemuda, bapak-bapak , ibu-ibu serta anak-anak.

Tanggapan atas kegiatan ini oleh masyarakat sekitar sangat baik. Mereka sangat antusias dalam pengadaan teknologi air bersih dengan membran. Ini dikarenakan di daerah tersebut keberadaan air bersih sangatlah sedikit. Oleh teknologi membran masyarakat dapat memperoleh sekitar 1000 liter air bersih setiap jamnya. Diharapkan dengan teknologi ini masyarakat akan dapat memperoleh air bersih dengan mudah sehingga kebersihan dan kesehatan masyarakat akan meningkat.

Kegiatan ini sangatlah bermanfaat bagi masyarakat setempat karena air bersih memang merupakan kebutuhan yang sangat mendasar. Ketersediaan air bersih diharapkan akan meningkatan kesehatan dan kebersihan masyarakat. Keberlangsungan kegiatan untuk mengawasi penggunaan teknologi pengolahan air ini akan terus dikontrol oleh mahasiswa HIMATEK ITB sampai masyarakat menjadi mandiri dalam penggunaan teknologi tersebut. Segenap mahasiswa HIMATEK ITB mengharapkan akan terjadi perubahan yang semakin membaik menjadi kawasan yang semakin bersih. Oleh karena itu marilah kita mulai peduli dengan lingkungan kita dengan menghemat penggunaan air bersih karena masih banyak orang yang kekurangan air bersih.

Oleh Ivan Hadinata Rimbualam

HIMATEK UNTUK MASYARAKAT 2 ITB


Penggunaan Keranjang Takakura untuk mengolah sampah organik sudah mulai diterapkan di daerah Tubagus Ismail, kawasan Bang Bayang
, RW 10 Legok Hilir, Kelurahan Sekeloa, Kecamatan Coblong, Bandung dalam kegiatan HIMATEK UNTUK MASYARAKAT 2. Daerah ini mulai diperkenalkan dengan sistem keranjang Takakura oleh mahasiswa HIMATEK (Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia) ITB bekerjasama dengan YPBB (Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi) mulai tanggal 11 November 2007 . Sebanyak 40 rumah mulai belajar menggunakan Takakura sebagai solusi penyelesaian masalah sampah di daerah tersebut.

Pengabdian masyarakat yang dilakukan HIMATEK ITB meliputi pembagian 40 set keranjang Takakura siap pakai ,melakukan penyuluhan tentang penggunaan keranjang Takakura dan bahaya sampah serta melakukan kontrolling terhadap penggunaan Takakura di daerah tersebut. HIMATEK mengharapkan dengan kontrolling yang dilakukan ke daerah tersebut, masyarakat akan semakin termotivasi untuk memulai kehidupan dengan mengolah sampah organiknya sendiri di rumah sendiri dengan Takakura.


Keranjang Takakura mampu mengolah 1-2 kilogram sampah organik per hari, khususnya sisa makanan. Dengan mengkompos sisa-sisa makanan kita, setidaknya 50 % persoalan sampah dari rumah kita telah kita selesaikan. Bayangkan bila seluruh penduduk kota Bandung melakukannya, betapa banyak biaya dan energi yang kita hemat bagi pengangkutan sampah. Dibutuhkan biaya lebih dari satu miliar rupiah setiap bulannya hanya untuk mengangkut sampah-sampah penduduk kota Bandung.

Takakura sebagai sistem baru dalam pengolahan sampah organik mempunyai berbagai kelebihan yang membuat kita ingin mencoba untuk memulai menggunakan Takakura. Kelebihan sistem pengomposan dengan keranjang Takakura adalah Keranjang Takakura dirancang untuk ditempatkan di dalam rumah. Jadi kita dapat membuang sampah organik kita di tempat sampah yang langsung mengolahnya. Kita terbebas dari persoalan lalat yang ada di sekitar sampah seperti biasanya dan kita juga terbebas dari bau sampah di dalam rumah. Takakura ramah lingkungan, tidak menimbulkan bahaya-bahaya penyakit atau racun yang berbahaya, yang dihasilkan jika kita mengolah sampah dengan cara pembakaran atau penimbunan. Sampah anorganik kita akan lebih bersih dan tidak menimbulkan masalah bau walaupun kita simpan dalam waktu lama karena dengan menggunakan Takakura secara otomatis kita telah memisahkan sampah oganik dan anorganik. Sampah anorganik yang telah terpisah dapat diserahkan kepada pemulung kapan saja. Keranjang Takakura praktis digunakan baik saat kita memasak atau mencuci piring. Bahkan keranjang Takakura dapat ditempatkan di sekitar meja makan kita.

Dalam keadaan normal, keranjang Takakura tidak menimbulkan bau tajam dan aman dari bibit penyakit. Walaupun berukuran kecil, keranjang Takakura umumnya dapat digunakan selam 2-3 bulan sebelum menjadi penuh. Bila penuh sebagian kompos yang telah kita hasilkan dapat kita panen untuk kita gunakan di kebun. Bila kita tidak menggunakannya, kompos yang kita hasilkan dapat diberikan kepada yang membutuhkan atau kalaupun kita buang, kompos tidak akan menimbulkan masalah bau atau bibit penyakit sebagaimana sampah yang segar.

Karena sampah organik otomatis terpisah dengan kita menggunakan Takakura, para pemulung menjadi lebih mudah mendaur ulang sampah anorganik. Bila sampah anorganik kita didaur ulang, sisa sampah yang terpaksa dibuang tinggal maksimal 30 % saja. Bayangkan, 70 % masalah sampah diselesaikan dengan beberapa langkah sederhana yang dapat kita lakukan di rumah. Dengan ini kita akan berjasa bagi penyelesaian sampah di kota kita tinggal. Sistem Takakura ini mengajak kita untuk mengolah sampah di rumah kita sendiri. Ini akan sangat membantu pemerintah dalam menangani masalah-masalah sampah terutama di kota-kota besar seperti di Bandung.

Melalui survei lapangan bersama teman-teman HIMATEK ITB dan YPBB pada program pengkontrolan Takakura sekali seminggu ada beberapa masalah yang timbul seperti starter masih tetap dingin, tidak menjadi panas, banyak semut di sekitar Takakura, starter kekeringan / kebasahan, suhu Takakura tidak konstan, dan kardus cepat basah dan rusak. Selain itu masyarakat malas untuk memilah sampah organik dan anorganik, malas memasukkan sampah organiknya ke dalam Takakura, malas mengaduknya dengan sekop (tidak ditimbun). Masyarakat juga seringkali masih memasukkan sampah anorganik ke dalam Takakura seperti kaleng, botol, dan plastik. Kita harus membiasakan pola hidup yang baru yaitu mulai bisa memilah sampah.

Oleh karena itu, dalam penyuluhan penggunaan Takakura di daerah Tubagus Ismail ini tim pengawasan dari HIMATEK selalu berusaha mengingatkan masyarakat untuk melakukan pemilahan sampah dan rajin-rajin mengurus Takakuranya. Tim kontrolling HIMATEK juga bertugas memberikan solusi dari permasalahan yang muncul di masyarakat.

Tugas mahasiswa HIMATEK ITB bukanlah hal yang mudah. Kerja keras dan semangat yang terus ada untuk dapat memandirikan masyarakat dalam hal melakukan pengomposan demi mengurangi masalah sampah di Bandung membuat masyarakat sekitar daerah tersebut tetap semangat. Tanggapan masyarakat Legokhilir mayoritas menyambut baik atas kunjungan kami mahasiswa HIMATEK ITB, khususnya ibu-ibu PKK. Kami merasa kegiatan HIMATEK untuk masyarakat 2 (HUM-2) sangat bermanfaat untuk membantu masyarakat secara langsung dan keberlangsungan kegiatan ini akan kami terus jaga agar masyarakat terus menerapkan pola hidup dengan keranjang Takakura. HIMATEK ITB berharap dengan kegiatan ini mampu menyadarkan masyarakat untuk memulai pola hidup menggunakan keranjang Takakura.

Oleh : Ivan Hadinata Rimbualam